HOT NEWS

Rabu, 13 Maret 2019

Mengejutkan Perang Dunia ke-III Amerika Kalah Telak Dari Rusia dan Tiongkok

Amerika Serikat kemungkinan tidak akan mampu memberikan perlawanan yang sepadan terhadap Rusia dan Tiongok jika Perang Dunia ke-III benar-benar terjadi.

Itu artinya Ameika Serikat kalah telak dari Rusia dan Tiongkok jika Perang Dunia Ke-III benar-benar terjadi.

Mengejutkan Perang Dunia III Amerika Kalah Telak Dari Rusia dan Tiongkok
 
RAND Corporation, sebuah lembaga penelitian global nonprofit yang seringkali disponsori oleh pentagon telah mensimulasikan serangkayan sekenario perang dunia ke-III, analisis ini bertujuan untuk menguji bagaimana pasukan Amerika Serikat akan berhadapan dengan negara-negara adikuasa militer lainnya seperti Rusia dan Tiongkok.

Pada pekan lalu, analisis RAND mengungkapkan bahwa dalam rangkayan sekenario demi sekenario. Amerika Serikat telah menderita kerugian besar meski telah menghabiskan hampir $1 triliun per tahun untuk anggaran militer, melebihi pengeluaran negara lain lebih dari dua kali lipat.'



Amerika Serikat Kalah Telak


Dalam simulasi ini Amerika Serikat diberikan warna biru dan agresor diberikan warna merah, Menurut peneliti David Ochmanek menjelaskan "Kami kehilangan banyak orang. Kami kehilangan banyak peralatan. Kami biasanya gagal mencapai tujuan kami untuk mencegah agresi oleh musuh"  ungkapnya.

Meskipun hanya bersifat hipotesis, hasil simulasi ini memperingatkan bahwa perjuangan Amerika Serikat untuk melindungi tatanan dunia selama lebih dari satu abad bisa beresiko buruk.

Pada simulasi ini RAND melakukan sekenario dilima domain pertempuran yaitu pertempuran darat, pertempuran laut, pertempuran udara, perang teknologi luar angkasa, dan cyberspace atau perang dunia maya.

Bedasarkan simulasi RAND pasukan agresor seringkali membakar pangkalan militer milik Amerika Serikat, menenggelamkan kapal perang dan melumpuhkan sistem siber.


F-35 Berkuasa Dilangit, Rontok di Landasan.

Robert Work, mantan wakil menteri pertahanan dan peteran perang berpengalaman, menjelaskan bahwa jet tempur F-35 Amerika adalah yang paling canggih dari jenisnya di langit, tetapi rentan di landasan.

"Dalam setiap kasus yang saya tahu, F-35 menguasai langit saat mengudara," kata Work, pada hari Kamis. "Tapi rontok dalam jumlah besar saat berada dilandasan."

Work juga memperingatkan bahwa pangkalan militer AS di seluruh Eropa dan Pasifik tidak diperlengkapi dengan sistem pertahanan yang memadai untuk menangani akonflik kelas atas.


Perang Luar Angkas dan Perang Cyber


Work dan Ochmanek, keduanya mengatakan Cina fokus pada dunia maya dengan 'system destruction warfare' atau penghancuran sistem keamanan, yang melibatkan penargetan satelit komunikasi AS, sistem komando dan kontrol, dan jaringan nirkabel.

"Otak dan sistem saraf yang menghubungkan ke semua bagian perangkat militer ini akan  ditekan, jika tidak hancur," kata Ochmanek.

Tiongkok akan 'menyerang jaringan pertempuran Amerika di semua tingkatan, tanpa henti,' kata Work, dia juga menambahkan bahwa 'mereka mempraktikkannya sepanjang waktu'.

"Ini adalah hal-hal yang diperlihatkan dalam sebuah permainan perang secara berulang kali, jadi kita membutuhkan cara perang Amerika yang baru tanpa pertanyaan," kata Work.



Sejalan Dengan Pengamatan DEPHAN

Hasil pengamatan Work dan Ochmanek yang tidak positif sesuai dengan hasil pengamatan Komisi Strategi Pertahanan Nasional Amerika Serikat yang dilakukan pada musim gugur lalu.

"Jika Amerika Serikat harus bertempur melawan Rusia dalam kontingensi Baltik atau China dalam perang melawan Taiwan, Amerika dapat menghadapi kekalahan militer yang menentukan," kata Komisi dalam laporan bulan November tahun lalu.

Laporan tersebut menyoroti bagaimana AS telah kehilangan dominasi militernya karena kekuatan saingannya yang telah banyak berkembang, yaitu Rusia dan China. mereka telah meingkatkan serangkaian kemampuan canggih yang sebelumnya hanya dimiliki oleh Amerika Serikat'.

Laporan tersebut menyoroti bagaimana AS telah kehilangan keunggulan militernya karena kekuatan saingannya, yaitu Rusia dan China, telah mengembangkan 'serangkaian kemampuan canggih yang sebelumnya hanya dimiliki oleh Amerika Serikat'.
 


Upgrade Kemampuan Militer

 
Para analis mengatakan akan dibutuhkan hanya $24 miliar untuk meningkatkan hasil - yaitu sekitar tiga persen dari anggaran pertahanan $750 miliar yang akan diusulkan oleh Presiden Donald Trump untuk tahun 2020.

Angkatan Udara telah mendekati RAND untuk mengembangkan rencana untuk memperbaiki masalah di balik hasil yang buruk.

Yang mengejutkan, Ochmanek mengatakan: "Kami merasa tidak mungkin menghabiskan lebih dari $8 miliar setahun untuk perbaikan yang diperlukan.

Angka $24 miliar berasal dari tiga kali lipat $ 8billion untuk menutupi Angkatan Darat dan Angkatan Laut.

Ochmanek mengatakan bahwa menambahkan $ 24 miliar ke anggaran 'untuk lima tahun ke depan akan menjadi pengeluaran yang baik' untuk mempersiapkan AS menghadapi Perang Dunia III, yang ia perkirakan setidaknya 10 hingga 20 tahun ke depan. (dailymail.co.uk)




Video


Sabtu, 09 Maret 2019

Sukhoi SU-27 Rusia Cegat Pesawat Mata-Mata Boeing RC 135V Milik Amerika Serikat

Kementerian Pertahanan Rusia publikasikan video pendek mengnai jet tempur Su-27 yang yang berhasil melacak dan mengidentifikasi target yang terbang diatas perairan netral Laut Baltik dekat perbatasan Rusia pada hari rabu bulan maret tahun 2019.


Sukhoi SU-27 Rusia Cegat Pesawat Mata-Mata Boeing RC 135V Milik Amerika Serikat


Rekaman itu, yang diambil dari kokpit Su-27, menunjukkan jet tempur Rusia bermanuver dengan aman mendekati dari belakang dan mengejar pesawat pengintai Amerika Serikat. 


Video itu mengikuti Kementerian Pertahanan Rusia yang mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Jet Su-27 yang sedang bertugas untuk mengidentifikasi asal target dan mencegatnya" di atas 

Laut Baltik.


lebih lanjut kementrian pertahanan rusia mengatakan bahwa Jet Su-27 kembali dengan selamat ke pangkalannya setelah pesawat asing terbang jauh dari perbatasan Rusia.

Beberapa tahun terakhir telah melihat lebih banyak pesawat mata-mata asing mengintip di dekat perbatasan Rusia. Insiden terbaru sebelum pertemuan RC-135 dilaporkan pada akhir Januari, ketika militer Rusia mengatakan bahwa sebuah jet tempur Su-27 ditugaskan untuk mengidentifikasi dan mencegat sebuah pesawat pengintai Swedia.



Armata T-14 Rusia, Tank Tercanggih Saat Ini

Tank Armata T-14 adalah kendaraan lapis baja terbaru dan tercanggih yang dimiliki Rusia saat ini, tank ini merupakan Main Batle Tank atau tank tempur utama generasi ke lima pertama didunia yang dirancang dan diproduksi oleh Ural Design Bureau of Transport Machine Building, Uralvagonzavod.


Armata T-14 Rusia, Tank Tercanggih Saat Ini


tank ini mulai masuk produksi sejak tahun 2015, hingga saat ini atau awal tahun 2019 setidaknya telah diproduksi lebih dari 20 tank T-14 Armata.



A. Mesin
Tank seberat 48 tons ini mampu bermanuver lincah dengan mesin diesel berkekuatan 1.500 hingga 2.000 tenaga kuda, dilengkapi dengan gearbox 12 transmisi otomatis, tank ini mampuh berlari kencang dengan kecepatan maksimum 90 kilo metera per jam, dan mampu mengarungi jarak maksimum sejauh 500 kilo meter.


B. Crew

Operasional Tank ini terkomputerisasi penuh sehingga hanya perlu dua hingga tiga awak untuk mengoperasikannya. Posisi kru tank terlindung dengan sempurna di dalam sebuah kapsul berlapis baja yang terpisah dari ruangan amunisi. Setiap awak mampu mengoprasikan sistem senjata secara elektronik.


T-14 memiliki sistem perlindungan lapis baja terkuat yang belum dimiliki main battle tank lainnya,  dengan  kemampuan untuk menahan ledakan langsung dari tembakan peluru meriam 120 mm, rudal anti tank 100-150 mm dan peluncur granat.


D. Persenjataan
T-14 Armata memiliki menara atau turet yang digerakan menggukanan remot kontrol oleh kru yang ada didalam kapsul kendali.


Persenjataan utama dari Tank T-14 adalah meriam smoothbore  cannon 125 mm dan amunisinya dapat diisi ulang secara otomatis.  meriam ini diklaim lebih bagus dari meriam Rheinmetall 120 mm milik tank Leopard buatan Jerman.


Senjata utama ini ditengarai bisa mengancam tank lain di medan tempur. Bahkan tank sekelas Leopard, markava, Challenger dan bahkan tank kelas berat Abraham M1A2 Milik Amerika Serikat. 


Dimasa yang akan datang sejata utama ini bisa diganti dengan kaliber yang lebih besar, yaitu cannon 152 mm. Tank ini mampu menembak hingga sepuluh putaran per menit, dan mencapai target pada jarak hingga tujuh kilometer
 

Persenjataan kedua dari T-14 Armata satu senapan mesin 7.62mm RWS yang dipasang di atas turret.

Kubah tank juga dilengkapi senapan sub-kaliber 30 mm untuk menembak berbagai sasaran, termasuk target yang terbang rendah seperti pesawat atau helikopter. Senapan mesin 12.5 mm pada kubah disebut mampu menghadang senjata musuh, seperti rudal anti-tank. Senjata ini mampu menahan serangan dari rudal yang melesat hingga kecepatan 3.000 meter per detik.


Tank ini juga memiliki sistem perlindungan aktif  atau Active Protection System (APS) Afghanit yang dipandu oleh radar AESA,  sistem ini mampu menghadang dan menghancurkan semua jenis rudal anti tank dan roket yang  datang  mendekatinya. bahkan T-14 Armata telah terbukti mampu mencegat proyektil depleted-uranium (DU) armor-piercing discarding-sabot (APDS) selama masa pengujian.

Spesifikasi Umum:
- Type : Main Battle Tank
- Manufacture : UralVagonzavod Rusia
- Unit Cost : $3.7 million
- Mass : 48 Ton  
- Length : 8.7 m
- Width : 3.5 m
- Height : 3.3 M
- Enggine : disel 1.500 hp - 2000 hp
- Transmission    12-speed automatic gearbox
- Speed : 80 - 90 km/h
- Operational range = 500 kilometres
- Crew : 3


Saab Jas 39 Gripen NG Sang Penantang Sukhoi SU-35 Russia

Saab JAS 39 "Gripen" merupakan jet tempur supersonik yang dikembangkan dan diproduksi oleh Saab di Swedia.

Pada tahun 1979 Angkatan udara Swedia membutuhkan pesawat tempur multi-peran baru yang diproyeksikan sebagai pengganti pesawat J-35 Draken dan JA-37 Viggen.
Inisial JAS dari pesawat ini merupakan singkatan dari  Jakt atau udara-ke-udara, Attack atau Serang, dan Spaning atau pengintaian.

Saab Jas 39 Gripen NG Sang Penantang Sukhoi SU-35 Russia

Jet tempur JAS 39 Gripen merupakan hasil pengembangan yang dikerjakan bersama antara Saab Military Aircraft, Ericsson Microwave Systems, Volvo Aero Corporation dan Celsius Aerotech. Saab berhasil menciptakan pesawat generasi keempat tangguh namun dengan biaya yang murah untuk ukuran pesawat dikelasnya. Setelah melewati proses development yang panjang JAS 39 Gripen berhasil diterbangkan pertama kali pada tahun 1988.

Jet tempur ini menawarkan kelincahan, sistem akuisisi target tembak yang canggih, radar multi-peran yang kuat, persenjataan modern, dan kemampuan dalam peperangan elektronik komprehensif. Pesawat ini juga dirancang untuk mengantisipasi semua ancaman pada masa kini dan masa depan.



Mesin yang digunakan pada pesawat ini adalah Volvo-Flygmotor RM12 afterburning turbofan, mesin ini diproduksi oleh Volvo Aero Corporation atas lisensi dari General Electric F404−400. Untuk jangka panjang Saab mempertimbangkan untuk menggunakan mesin yang lebih baru seperti General Electric F414 atau versi thrust-vectoring dari mesin EJ200 milik Eurofighter Typhoon.

Jet tempur ini memiliki Kanard yang berfungsi unutk memberikan pitch rate tinggi dan hambatan yang rendah sehingga memungkinkan pesawat untuk terbang lebih cepat, lebih jauh dan mampuh membawa lebih banyak beban.

Kombinasi sayap delta dan Kanard memberikan Gripen performa yang lebih baik dalam hal karakter terbang maupun lepas landas dan mendarat. Avionik yang total menyatu membuat pesawat ini mampu di "program" sebaik mungkin. Pesawat ini juga mempunyai perangkat perang elektronika internal, sehingga membuatnya mampu mengangkut beban maksimal tanpa mengorbankan kemampuan perang elektronikanya.

Untuk lepas landas pesawat ini hanya membutuhkan landasan pacu sepanjang 800 meter. Satu kemampuan menarik dari gripen adalah kemampuannya untuk mendarat pada jalanan umum, ini disebabkan karena gripen memiliki memampuan pengereman udara untuk menekan pesawat ke arah bawah dan memanfaatkan kanard untuk pengereman lebih lanjut.

Versi A dan B merupakan tipe awal dari persawat tempur ini, kemudain saab group mengembangkan  versi C dan D yang lebih baik dari versi sebelumnnya. Versi terbaru yang telah dikembangakan adalah Gripen Next generation JAS 39 E/F.

Gripen Next generation memiliki jangkauan yang lebih luas dan sistem avionik yang lebih baik, hal yang paling penting pada generasi ini adalah penerapan radar active electronically scanned array atau AESA Selex Galileo Raven ES-05 yang dikembangkan oleh produsen radar asal Italia, Leonardo.

Radar Selex Raven ES-05 merupakan radar pengawasan yang dioptimalkan untuk operasi multi peran, sistem ini meliliki rangkayan mode komprehensif untuk operasi air-to-air dan air-to-ground denga akurasi dan kehandalan yang tinggi. 

Gripen Next Generation juga mengintegrasikan Skyward-G IRIST, untuk menyadiakan fungsionalitas pencarian dan pelacakan sasaran dengan kemampuan siluman, dan mampuh mengidentifikasi teman atau musuh atau Friend-or-Foe (IFF) terhadap  sensor  pesawat lainnya.

JAS 39 Gripen dipersenjatai dengan rudal AIM-120 AMRAAM, AIM-9 Sidewinder, rudal anti kapal Saab Dynamics RBS 15, dan rudal serang permukaan Maverick. 

Saab Dynamics juga bekerjasama dengan produsen utama rudal di Eropa dalam pengembangan rudal baru Udara-ke-Udara. Dua proyek utama yang telah dikerjakan adalah Rudal Meteor,  yang merupakan rudal Udara-ke-Udara jarak menengah dengan jangkauan 10 hingga 20 kilo meter, penembakan rudal ini dipandu radar. Disamping itu juga mengembangkan rudal IRIS-T yang merupakan rudal Udara-ke-Udara dan penembakannya  dipandu infra merah.

Versi Ekspor pesawat ini dipasarkan oleh perusahaan Gripen International, sebuah joint venture antara Saab dan BAE Systems. Pesawat ini sudah dipakai oleh angkatan udara Swedia, Britania Raya, Republik Ceko, Hungaria, Swedia, Afrika Selatan, dan Thailand. Pesawat ini juga gencar ditawarkan kepada negara-negara berkembang termasuk tawaran kepada TNI Angkatan Udara Republik Indonesia.

Pada bulan Juli 2016, Saab Indonesia mengkonfirmasi telah mengirimkan proposal pada awal tahun sebagai tanggapan terhadap persyaratan Angkatan Udara Indonesia. Proposal tersebut termasuk akuisisi awal 16 Gripen C / D senilai 1,5 miliar USD, untuk menggantikan Northrop F-5E Tiger II TNI AU yang telah dioperasikan sejak 1980-an. 

Saab telah menyanggupi peraturan Undang-Undang Industri Pertahanan Indonesia Nomor 16 Tahun 2012, yang mengharuskan kontraktor asing untuk bekerja dengan industri lokal, berkolaborasi dalam produksi dan berbagi teknologi. Mereka juga mengindikasikan bahwa tawaran tersebut dapat menggantikan versi C / D dengan versi E, jika Indonesia bersedia menerima waktu pengiriman yang lebih lama. Pesawat yang bersaing dengan gripen pada waktu itu adalah F-16V, Su-35, Rafale, dan Typhoon.


Video Saab Jas 39 Gripen Next Generation


Kamis, 29 Juni 2017

Amerika Berlalukan Larangan Perjalanan Ke AS bagi Enam Negara Muslim

Larangan sementara untuk memasuki Amerika Serikat (AS) oleh Presiden Donald Trump terhadap warga enam negara berpenduduk mayoritas Muslim dan seluruh pengungsi, mulai diterapkan.

Larangan perjalanan ( travel ban atau Muslim ban) bagi pihak-pihak tersebut mulai diberlakukan pada Kamis (29/6/2017) pukul 20.00 waktu setempat atau Jumat (30/6/2017) pukul 07.00 WIB. 


Amerika Berlalukan Larangan Perjalanan Ke AS bagi Enam Negara Muslim

Kendati demikian, larangan itu hanya berlaku sebagian, yaitu masih memungkinkan warga tertentu dari negara-negara tersebut melakukan perjalanan ke AS, sebagaimana dilaporkan AS.

Enam negara yang terdampak larangan perjalanan Trump itu adalah dari Iran, Libya, Suriah, Somalia, Sudan, dan Yaman.


Peluncuran langkah kontroversial itu dilakukan setelah Mahkamah Agung (MA) pada pekan ini memutuskan untuk mengizinkan perintah eksekutif Trump diterapkan.

Namun, MA banyak mengurangi cakupan larangan, yaitu dengan mengecualikan warga dan pengungsi yang memiliki hubungan "yang dapat dipercaya" dengan seseorang atau kesatuan di AS.

Pada Rabu (28/6/2017) malam atau Kamis WIB, Departemen Luar Negeri mengatakan, berdasarkan putusan MA, para pemohon visa dari enam negara itu harus memiliki hubungan dekat dengan keluarga atau hubungan resmi dengan suatu kesatuan di AS untuk diperbolehkan masuk ke AS.

Trump pertama kali mengumumkan larangan perjalanan sementara itu pada Januari. Ia menyebut larangan sebagai langkah memerangi terorisme, guna memberi waktu untuk melakukan pemeriksaan keamanan lebih baik.

Perintah Trump itu menimbulkan kekacauan di bandar-bandar udara karena para petugas bergelut untuk melaksanakannya.

Keputusan presiden tersebut kemudian diblokir oleh pengadilan-pengadilan federal di tengah penentangan berbagai pihak, yang menganggap perintah Trump itu merupakan tindakan diskriminasi terhadap kalangan Muslim serta tidak ada pembenaran alasan soal aspek keamanan.

Larangan dalam versi yang sudah diperbaiki dimunculkan pada Maret tapi kemudian juga dibekukan oleh pengadilan.

Pada Senin (26/6/2017), MA AS memutuskan untuk mengeluarkan izin penerapan larangan.
Berdasarkan keputusan MA, warga dari keenam negara itu dan seluruh pengungsi dilarang memasuki AS, masing-masing untuk 90 hari dan 120 hari.

Larangan hanya akan berlaku sebagian hingga MA menyidangkan kasus itu pada periode berikutnya, mulai Oktober.  (Kompas)

Tiongkok Bangun Markas Militer Baru di Laut China Selatan

China terus memperkuat keberadaannya di Laut China Selatan dengan membangun fasilitas militer baru di pulau-pulau di perairan tersebut.

Sebuah lembaga kajian (think-thank) Amerika Serikat, Kamis (29/6/2017), melaporkan, China telah membangun fasilitas militer baru, seperti dilaporkan Reuters.


Tiongkok Bangun Markas Militer Baru di Laut China Selatan

Langkah itu jelas dapat meningkatkan ketegangan dengan Washington, yang menuduh Beijing melakukan militerisasi di jalur maritim paling vital di kawasan Asia.

Inisiatif Transparansi Maritim Asia (AMTI), bagian dari Pusat Studi Strategis dan Internasional di Washington, mengatakan, citra satelit baru menunjukkan aktivitas yang terus meningkat di perairan Laut China Selatan.


China telah membangun tempat penampungan rudal dan fasilitas radar dan komunikasi yang di pulau-pulau karang Fiery Cross, Mischief, Subi Reefs, di Kepulauan Spratly.

 Washington telah mengkritik pembangunan fasilitas militer China di pulau-pulau buatan dan khawatir fasilitan itu dapat digunakan untuk membatasi pergerakan kapal secara bebas melalui Laut

China Selatan, sebuah jalur perdagangan yang penting untuk seluruh komunitas niaga dunia.

Bulan lalu, sebuah kapal perang Angkatan Laut AS berlayar dalam jarak 12 mil laut di Mischief Reef untuk menunjukkan tentang kebebasan operasi navigasi.

Klaim China terhadap sebagian besar jalur laut di kawasan Laut Chian Selatan mulai ditantang keras sejak Presiden Amerika Serikat Donald Trump mulai menjabat.

China selalu membantah tuduhan AS bahwa pihaknya melakukan militerisasi di Laut China Selatan, yang juga diklaim oleh negara tetangga seperti Taiwan, dan negara-negara anggota ASEAN seperti Brunei, Malaysia, Filipina, dan Vietnam.

Trump telah meminta bantuan China untuk mengekang program nuklir dan rudal Korut. Namun, ketegangan antara Washington dan Beijing mengenai instalasi militer di Laut Cina Selatan dapat mempersulit upaya tersebut.

China telah membangun empat tempat penampungan rudal baru di Fiery Cross Reef untuk menuju ke delapan pulau di kawasan itu, kata AMTI.

Mischief dan Subi masing-masing memiliki delapan tempat penampungan, kata think tank tersebut dalam sebuah laporan sebelumnya.

Pada Februari lalu, Reuters melaporkan bahwa China telah hampir selesai membangun gedung untuk menampung rudal permukan-ke-udara jarak jauh di tiga pulau.

Di pulau Mischief Reef, array antena yang sangat besar sedang dipasang, yang tampaknya digunakan untuk meningkatkan kemampuan Beijing memantau lingkungan di sekitarnya, kata AMTI.

Juga, demikian AMTI menambahkan bahwa instalasi harus menjadi perhatian ke Filipina karena kedekatannya dengan daerah yang diklaim oleh Manila.

Sebuah kubah besar baru-baru ini dipasang di Fiery Cross dan satu lagi sedang dalam pembangunan, yang menunjukkan sistem komunikasi atau radar yang cukup besar, kata AMTI. Dua kubah lainnya dibangun di Mischief Reef, katanya.

Sebuah kubah yang lebih kecil dipasang di dekat tempat penampungan rudal di Mischief, "menunjukkan bahwa itu dapat dihubungkan ke radar untuk sistem rudal yang mungkin ada di sana," kata AMTI.

" Beijing sekarang dapat menggunakan aset militer, termasuk pesawat tempur dan peluncur rudal bergerak, ke Kepulauan Spratly setiap saat," katanya.  (Kompas)

Rabu, 28 Juni 2017

Amerika Serikat Tuduh Pemerintah Suriah Siapkan Serangan Kimia

Amerika Serikat meminta Damaskus membatalkan rencana serangan kimia, tudingan didasarkan atas informasi intelijen terkait persiapan di lapangan terbang Suriah, kata pejabat pada Selasa.

Rusia, pendukung utama pemerintahan Presiden Suriah Bashar al Assad, langsung menanggapi dengan mengecam tudingan itu.

Amerika Serikat Tuduh Pemerintah Suriah Siapkan Serangan Kimia

Juru bicara Pentagon, Kapten Jeff Davis, mengatakan bahwa pihaknya menerima informasi tentang kegiatan di lapangan terbang Shayrat, yang menjadi sasaran serangan peluru kendali Amerika Serikat pada 6 April.

"Persiapan itu melibatkan pesawat di hanggar khusus, yang kami tahu sering digunakan untuk persenjataan kimia," kata Davis.

Davis mengatakan aktivitas itu terjadi sejak "satu atau dua hari lalu". Dia tidak menjelaskan bagaimana Amerika Serikat mendapatkan informasi intelijennya.

Pada Senin, Gedung Putih mengatakan bahwa pemerintah Suriah menyiapkan serangan kimia dan mengancam Bashar akan "membayar harga mahal" jika mewujudkan rencana itu.

Pada April, Amerika Serikat menyerang lapangan udara Shayrat dua hari setelah 87 orang tewas akibat sebuah serangan gas beracun di wilayah gerilyawan. Suriah membantah telah melakukan serangan itu.

Pada Selasa, Rusia membantah informasi intelejen Amerika Serikat.

"Saya tidak mengetahui adanya informasi mengenai ancaman serangan senjata kimia," kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, kepada sejumlah wartawan pada Selasa.

"Tentu saja, kami menilai tudingan itu adalah ancaman yang tidak bisa diterima bagi kepemimpinan sah Republik Arab Suriah," kata dia.

Sejumlah pejabat Rusia sendiri menyebut perang di Suriah sebagai sumber ketegangan utama antara Moskow dengan Washington. Serangan rudal pada April, yang diperintahkan secara langsung oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump, telah menaikkan resiko konfrontasi dua negara.

Sementara itu, Bashar pada Selasa mengunjungi pangkalan udara Rusia di Hmeymin, kawasan barat Suriah. Ini adalah kunjungan pertamanya di tempat yang digunakan Moskow untuk menggelar operasi militer udara di Suriah.

Baik militer maupun Kementerian Luar Negeri Suriah hingga kini tidak menanggapi tudingan Gedung Putih itu.

Senator Amerika Serikat Bob Corker, yang merupakan kepala Komite Urusan Luar Negeri, menyatakan kekhawatiran adanya persiapan serangan senjata kimia memang benar.

"Klaim itu benar," kata dia.

Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB, Nikki Haley, menambahkan peringatan Trump tidak hanya ditujukan kepada pemerintah Suriah, tapi juga kepada Rusia dan Iran yang selama ini mendukung Bashar.

"Tujuan utamanya bukan hanya kepada Bashar, tapi juga menjadi pesan bagi Rusia dan Iran bahwa jika ini terjadi lagi, kami sudah memperingatkan kalian," kata dia.

Haley menekankan tujuan utama Amerika Serikat di Suriah adalah untuk memerangi kelompok bersenjata ISIS, bukan menggulingkan Bashar.

"Saya tidak melihat Suriah berjaya di bawah Bashar. Namun prioritas Amerika Serikat saat ini tetap memerangi IS," kata dia.

Pejabat intelijen sejumlah negara sejak lama menduga terdapat tempat baru untuk menyembunyikan senjata kimia mereka dari pemeriksaan internasional, kata sumber dari Amerika Serikat, demikian Reuters. (Antara)