HOT NEWS

Jumat, 22 Juli 2016

Kapal Induk Tercanggih Amerika Serikat Tak Siap Perang

Sebuah memo dari Pentagon mengungkap bahwa kapal induk tercanggih dan termahal Amerika Serikat (AS), USS Gerald Ford tidak siap untuk terlibat perang. Kapal induk yang sempat menuai pujian itu mengalami kendala dalam operasi penyebaran.

Kapal Induk Tercanggih AS Tak Siap Perang

Kapal induk USS Gerald Ford dibangun dengan dana sekitar USD13 miliar. Menurut memo internal Pentagon yang dilihat oleh Bloomberg, kapal induk tercanggih AS ini harus menjalani desain ulang.

”Keempat sistem mempengaruhi area utama dari operasi penerbangan,” bunyi memo Direktur Uji Operasional dan Evaluasi Departemen Pertahanan AS, Michael Gilmore, yang ditujukan kepada kepada Pentagon dan pembeli senjata Angkatan Laut Frank Kendall dan Sean Stackley, yang dikutip Jumat (22/7/2016).


USS Gerald Ford akan memiliki inovasi terbaru di bidang pembuatan kapal militer, termasuk sebuah dek penerbangan yang ditingkatkan. Reaktor nuklir kapal ini juga diklaim lebih kuat dan mutakhir.




Memo itu menyebut ada kegagalan yang paling serius. ”Tidak mungkin untuk mendukung operasi penerbangan intensitas tinggi,” bunyi memo Gilmore. ”Keandalan jauh di bawah ekspektasi dan jauh di bawah apa yang dibutuhkan untuk berhasil dalam pertempuran.”

USS Gerald Ford dirancang untuk memiliki 11 lift senjata. Kendala ini kemungkinan akan membuat jadwal sejumlah operator kapal perang AS ikut mundur.

Kapal USS Gerald Ford (CVN-78) diharapkan memiliki daya tampung hingga 75 pesawat dan memiliki lima acre dek penerbangan. Kapal mampu membawa 4.660 personel dan meluncurkan sebanyak 220 serangan udara per hari dari dua landasan pacu.

”Dia benar-benar sebuah keajaiban teknologi,” kata Kepala Operasi Angkatan Laut, Laksamana Jonathan Greenert, dalam upacara “pembaptisan” kapal induk itu pada 2013 di galangan kapal Virginia. ”Dia akan membawa pesawat tak berawak, pesawat tempur gabungan dan dia akan menyebarkan laser.” (SindoNews)

Kamis, 21 Juli 2016

Ketegangan Perbatasan Kian Memanas India Kirimkan 100 Tank di Perbatasan China

Ketegangan diantara dua negara, China dan India, semakin memanas. Terbaru, New Delhi mengerahkan hampir 100 tank ke wilayah yang berbatasan dengan China. 

Ketegangan Perbatasan Kian Memanas India Kirimkan 100 Tank di Perbatasan China

Dalam upaya untuk meningkatkan kehadiran militer di daerah, India telah mengirimkan tank T-72 buatan Rusia ke wilayah Ladakh yang berbatasan dengan China. "Lembah-lembah datar yang sepanjang pegunungan memungkinkan pergerakan lapis baja, selain itu, telah terjadi peningkatan tingkat kekuatan di perbatasan," ujar seorang pejabat militer yang tidak disebutkan namanya kepada NDTV.

Tank-tank yang dikirimkan telah mengalami peningkatan signifikan yang lebih baik untuk menghadapi iklim di wilayah itu. "Kami telah membeli aditif khusus dan pelumas untuk medang dengan ketinggian tinggi seperti diesel khusus musim dingin dan aditif untuk sistem pelumasan yang mencegah pembekuan," kata Kolonel Vijay Dalal.


Seperti dikutip dari Sputnik, Kamis (21/7/2016), ini menandai resimen ketiga yang ditempatkan di Ladakh oleh India sejak 2014. Ketegangan diantara ke dua negara tetangga ini terjadi baru-baru ini. Awal bulan ini, Angkatan Laut India mengerahkan tiga kapal perang ke Laut China Selatan.

"Kapal-kapal tersebut tengah melakukan kunjungan untuk melakukan latihan dengan Angkatan Laut Malaysia dengan tujuan untuk meningkatkan interoperabilitas dalam komunikasi serta prosedur SAR," bunyi pernyataan yang dikeluarkan oleh Departemen Pertahanan India.

Malaysia saat ini bertentangan dengan China atas klaim teritorial di Selat Malaka. Sedangkan Beijing dan New Delhi bersaing dalam mendapatkan kerjasama dengan Nepal. Perdana Menteri Nepal Khadga Prasad Sharma Oli telah menyatakan minat dalam bekerjasama lebih erat dengan pemerintah Cina, namun India tidak mungkin menyerahkan pengaruhnya atas Kathmandu. (OkeZone)

Minggu, 17 Juli 2016

Lawan Peretas ISIS Pentagon Kembangkan Malware

Serangan ISIS tak cuma dalam aksi nyata, organisasi yang bertanggung jawab atas banyak teror ini juga bergerak di dunia maya. Demi menghambatnya, Pentagon pun mengembangkan malware khusus.

Pentagon Kembangkan Malware untuk Lawan ISIS

Informasi ini disampaikan oleh salah seorang petinggi Pentagon bernama Michael S. Rogers yang menjabat sebagai US Cyber Command chief Administration. Dijelaskan, institusi tempatnya bernaung telah menyiapkan tim khusus yang akan bekerja untuk mengembangkan sebuah tool untuk melawan pergerakan ISIS di dunia maya.

Tool tersebut digarap dalam bentuk malware dan sesuatu yang disebutnya senjata digital. Pentagon menamai tim khusus yang menanganinya dengan panggilan Joint Task Force Ares. Menurut pihak Pentagon, keberadaan pasukan cyber ini bakal sama pentingnya dengan angkatan bersenjata.


Pasalnya Joint Task Force Ares diharapkan bisa memberi efek serangan yang sama ke ISIS. Malah apa yang dilakukan pasukan cyber ini mungkin malah lebih baik karena tak harus membuat kerusakaan. Contohnya ketimbang melakukan pengeboman ke markas ISIS, Joint Task Force Ares bisa melumpuhkannya hanya dengan mematikan jalur komunikasi.

Joint Task Force Ares ditargetkan untuk beroperasi di Irak dan Suriah yang diyakini sebagai basis operasi ISIS. Meski demikian Pentagon tak menutup kemungkinan kalau ke depannya pasukan cyber bentukannya ini bisa dimanfaatkan secara global. Demikian seperti detikINET kutip dari Engadget, Minggu (17/7/2016). (Sindonews)

Militer Armenia Bantah Rumor Kudeta

Otoritas keamanan Armenia membantah kabar terjadinya kudeta di negara yang bertetangga dengan Turki itu. Rumor kudeta ini menyeruak setelah kelompok bersenjata menyerang sebuah kantor polisi dan menuntut pembebasan pemimpin oposisi dan komandan militer Jirair Sefilian.


"Dinas Keamanan Nasional secara resmi mengumumkan bahwa informasi tersebut sama sekali tidak benar," bunyi pernyataan militer Armenia, seperti dikutip dari Sky News, Minggu (17/7/2016).

Dalam pernyataan itu, militer Armenia menyatakan, salah satu pria bersenjata dari kelompok penyerang mengatakan bahwa mereka menyandera anggota polisi, termasuk Wakil Kepala Polisi Armenia.


Menurut pihak militer Armenia, kelompok pendukung penyerangan terhadap kantor polisi sengaja menyebarkan sejumlah rumor, termasuk penyerangan terhadap bangunan lain untuk menggambarkan bahwa kudeta tengah berlangsung.

Saat ini, otoritas keamanan Armenia tengah melakukan negosiasi dengan kelompok penyerang untuk membebaskan para sandera. (SindoNews)

Pasca Upaya Kudeta Turki Tutup Pangkalan Udara Militer AS di Incirlik, Turki selatan

Penguasa militer Turki memblokir akses masuk dan keluar dari Pangkalan Udara Incirlik, Turki selatan yang menjadi rumah senjata nuklir Amerika Serikat (AS) pada hari Sabtu.

Pasca Upaya Kudeta Turki Tutup Pangkalan Udara Militer AS di Incirlik, Turki selatan

Pemblokiran terjadi setelah upaya kudeta militer gagal dan Turki menuduh AS ikut mendalangi kudeta.
Tindakan penguasa Turki dalam memblokir Pangkalan Udara Incirlik diungkap oleh pihak Konsulat AS di Adana, Turki.

”Pemerintah setempat memblokir akses dari dan ke Pangkalan Udara Incirlik. Listrik juga telah diputus,” demikian pesan tertulis dari Konsulat AS di Adana, seperti dikutip Russia Today.


”Silakan menghindari pangkalan udara sampai operasi normal dipulihkan,” lanjut pihak konsulat.

Menurut laporan CNN, listrik untuk fasilitas juga diputus. Penutupan wilayah udara itu dilaporkan telah menyebabkan berhentinya operasi serangan udara AS terhadap kelompok ISIS.

Meski demikian, Sabah Daily mengutip Konsulat AS di Turki pada hari Minggu (17/7/2016) melaporkan bahwa akses ke Pangkalan Udara Incirlik telah dipulihkan.

Penerbangan di wilayah udara Turki juga telah diizinkan kembali. (SindoNews)

Turki Ancam Kobarkan Perang, Jika AS Tak Mau Serahkan Gulen

Turki mengancam akan memerangi Amerika Serikat (AS) jika negara adidaya itu tidak menyerahkan Fethullah Gulen, tokoh oposisi yang diduga menjadi dalang kudeta militer di negeri itu.

Turki meminta AS menyerahkan Fethullah Gulen yang diduga menjadi dalang dari kudeta militer
Turki meminta AS menyerahkan Fethullah Gulen yang diduga menjadi dalang dari kudeta militer

Perdana Menteri Turki Binali Yildirim mengatakan, negaranya siap mempertimbangkan untuk memerangi negara yang melindungi Fethullah Gulen. Gulen sendiri saat ini berada di pengasingannya di AS.

"Setiap negara yang melindungi Fethullah Gulen akan menjadi musuh Turki," tegas Yildirim dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari laman Express, Sabtu (16/7/2016).


Pemerintah Turki menuduh Gulen mencoba menciptakan sebuah struktur pararel di kepolisian, pengadilan, media dan Angkatan Bersenjata yang bertujuan untuk mengambil alih negara itu.

Namun, Gulen membantah telah mendalangi aksi kudeta militer yang berujung kegagalan di Turki. Sebaliknya, ia mengutuk aksi perebutan kekuasaan yang menewaskan 160 orang dan melukai lebih dari 1.000 orang itu.

"Saya mengutuk dalam istilah terkuat terhadap usaha kudeta militer di Turki," kata Gulen. (SindoNews)

Tiga personel polisi Baton Rouge, Louisiana, Amerika Serikat Ditembak Mati

Tiga personel polisi Baton Rouge, Louisiana, Amerika Serikat (AS) tewas setelah tiga pria melepaskan tembakan membabi buta, Minggu (17/7) waktu setempat. Satu penyerang dilaporkan tewas, sementara dua lainnya masih buron.

Tiga personel polisi Baton Rouge, Louisiana, Amerika Serikat Ditembak Mati

“Para petugas di Baton Rouge menanggapi panggilan darurat, saat mereka akhirnya ditembaki oleh seseorang,” kata Walikota Baton Rouge, Kip Holden, seperti dikutip dari Reuters. Lokasi penembakan ada di dekat markas polisi dan jalan raya.

Seorang saksi mata menuturkan, ia melihat seorang pria bersenjata melepaskan tembakan ke arah polisi. Sementara pelaku lainnya yang mengenakan kemeja merah, tergeletak di tempat parkir. Sedangkan pria lainnya melarikan diri.


Polisi menyatakan, mereka mencari lebih dari satu tersangka. Aparat juga meminta masyarakat  waspada terhadap orang-orang berpakaian hitam dan membawa senjata laras panjang.

Belum diketahui pasti, apakah ada hubungan antara penembakan ini dengan kerusuhan yang baru-baru ini terjadi di Baton Rouge dan Minnesota. Kerusuhan itu sendiri pecah setelah tewasnya seorang pria kulit hitam di tangan polisi. (Sindo)

Senin, 11 Juli 2016

Amerika Ancam Kanada Jika Tak Beli Jet Tempur F-35 AS

Kontraktor pertahanan Amerika Serikat (AS) Lockheed Martin kembali melemparkan ancaman kepada Kanada terkait dengan jet F-35. Lockheed Martin kembali menegaskan, jika Kanada tidak berkomitmen untuk membeli pesawat jet tempur F-35, maka mereka akan menghentikan operasi pabrik mereka yang berada di Kanada.

Amerika Ancam Kanada Jika Tak Beli Jet Tempur F-35 AS

Penghentian operasi pabrik ini, berarti akan ada ribuan orang di Kanada yang akan kehilangan pekerjaan mereka. Setidaknya terdapat 10 ribu orang pegawai yang bekerja di pabrik Lockheed Martin yang berada di Kanada.

Ancaman ini kembali muncul setelah Menteri Pertahanan Kanada Harjit Sajjan mengatakan, pihaknya akan berusaha untuk berbicara dengan Lockheed Martin terkait dengan F-35. Dimana, Sajjan secara tesirat menuturkan akan berusaha agar Kanada tidak usah membeli pesawat tersebut.


Merespon pernyataan Sajjan, kepala pengembangan F-35 Jeff Babione memberikan pernyataan yang bernada ancaman. Babione menuturkan perusahanya sedang mencari lokasi untuk pabrik baru mereka kelak.




"Tentu Kanada adalah mitra penting kami. Manfaat dari industri pengembangan dan produksi pesawat tempur generasi kelima adalah tidak lain agar Kanada membeli pesawat itu," ucap Babione, seperti dilansir Sputnik pada Minggu (10/7).

"Kami khawatir bahwa Kanada tidak akan mampu melakukan itu. Kami lebih suka Kanada membeli pesawat, tapi ada waktu di mana kita mungkin harus melakukan pekerjaan di tempat lain," sambungnya.

Proyek pesawat jet tempur F-35 telah menelan biaya Pentagon lebih dari USD1,5 triliun. Meskipun harganya sangat mahal, jet tempur ini menuai kritik karena mengalami gangguan pada perangkat lunak.

Jet tempur canggih AS yang harganya melebihi dari nilai produk domestik bruto Kanada tidak akan menghadapi tes operasional awal dan evaluasi (IOT & E) sampai pertengahan 2018. Hal ini terungkap dari laporan Pentagon. Karena keterlambatan ini, Lockheed Martin tidak akan menyelesaikan produksi armada F-35 sampai 2019 dan pesawat tempur ini kemungkinan tidak siap tempur sampai akhir 2021. (SindoNews)

NATO Bicara Pencegahan Konflik, Tapi Persiapkan Serangan ke Rusia

Mantan pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev mengatakan, meskipun NATO berusaha mencegah terjadinya konflik dan mengedepankan dialog, namun tampaknya aliansi itu tengah mempersiapkan diri untuk meningkatkan konflik.

"Retorika di Warsawa adalah jeritan dari niat secara praktis untuk menyatakan perang dengan Rusia. Mereka hanya berbicara tentang pertahanan, tapi nyatanya mereka bersiap untuk menyerang," kata Gorbachev kepada Interfax.


NATO Bicara Pencegahan Konflik, Tapi Persiapkan Serangan ke Rusia

Gorbachev pun mengkritik hasil pertemuan dua hari NATO dengan mengatakan bahwa aliansi bentukan Amerika Serikat (AS) itu telah mengambil risiko dengan mengasingkan Rusia untuk mengamankan tujuan sendiri.

"Dunia harus menyadari bahwa tidak bisa berpura-pura dengan mengatakan tidak ada yang terjadi. Rusia tidak bisa menjaga garis pertahanan dan proses mengerikan ini harus dihentikan," kata Gorbacehv seperti dikutip dari Russia Today, Minggu (10/7/2016).





"Masyarakat dunia harus menghentikan pergeseran ini menuju peperangan, sehingga tidak ada yang berani berjudi dengan meningkatkan ketegangan global dan mendorong dunia dalam peperangan baru," imbuhnya.

Kritik dari NATO seperti Gorbachev mengatakan itu adalah mengambil risiko dengan mengasingkan Rusia untuk mengamankan tujuan sendiri.

"Dunia harus menyadari bahwa hal itu tidak bisa berpura-pura bahwa tidak ada tentang yang terjadi. Rusia tidak bisa tidak menjaga garis pertahanan, dan proses mengerikan ini harus dihentikan," katanya.

"Masyarakat Dunia harus berhenti geser ini menuju perang sehingga tidak ada yang berani berjudi dengan meningkatnya ketegangan global dan mendorong dunia untuk perang penembakan baru." (SindoNews)

Amerika Jatuhkan Sanksi, Korea Utara Putus Jalur Diplomasi

Korea Utara (Korut) menyatakan, bahwa mereka akan menutup jalur diplomasi dengan Amerika Serikat (AS). Jalur diplomasi yang akan ditutup merupakan satu-satunya jalur diplomasi yang dimiliki kedua negara.

Amerika Jatuhkan Sanksi, Korea Utara Putus Jalur Diplomasi

Melansir Reuters pada Senin (11/7), penutupan jalur diplomasi ini merupakan respon lanjutan atas tindakan AS yang menjatuhkan sanksi kepada 10 pejabat tinggi Korut, termasuk di dalamnya pemimpin Korut Kim Jong-un.

Sanksi itu berupa pembekuan harta para pejabat Korut yang berada dalam yurisdiksi AS dan melarang orang atau badan di AS untuk melakukan transaksi dengan para pejabat atau entitas tersebut.


Bukan hanya menutup jalur diplomasi, Korut juga akan menangani semua hal antara kedua pihak, termasuk mengenai dua warga AS yang ditahan di negara tersebut dengan menggunakan hukum perang yang berlaku di Korut.




Sebelumnya, Korut mengatakan bahwa apa yang dilakukan AS, dengan pertama kali menjatuhkan sanksi bagi Jong-un adalah deklarasi perang. Tindakan semacam ini menurut Pyongyang adalah sesuatu hal yang tidak bisa dimaafkan.

"Penjatuhan sanksi adalah tindakan permusuhan terburuk yang pernah dilakukan AS dan deklarasi perang terbuka. Apa yang AS lakukan saat ini, tidak puas hanya dengan terus mengeluarkan fitnah terhadap Korut, adalah kejahatan terburuk yang tidak akan pernah bisa diampuni," kata Kementerian Luar Negeri Korut beberap waktu lalu. (SindoNews)

Senin, 04 Juli 2016

Amerika Serikat Rilis Laporan Rahasia Tragedi 11 September

Gedung Putih minggu ini merilis dokumen File 17 yang memberikan nama dan latar belakang pejabat Arab Saudi yang diduga mempunyai keterkaitan dengan serangan 11 September. File 17 sebuah dokumen rahasia yang berisi lebih dari 3 lusin warga negara Saudi yang diduga mempunyai hubungan dengan serangan 11 September.



Dokumen ini menawarkan petunjuk tentang halaman yang hilang dari laporan bipartisan dan kemungkinan akan memperbaharui seruan legislator untuk mengeluarkan undang-undang yang memberikan hak korban untuk menuntut pemerintah Saudi.


Mantan senator Bob Graham mengatakan, banyak informasi di File 17 yang ditulis berdasarkan dokumen 28 halaman yang diyakininya menunjukkan bahwa para pembajak memiliki sistem pendukung Saudi yang luas di AS.


"Berkas File 17 mengatakan, 'Berikut adalah beberapa pertanyaan yang belum terjawab dan ini yang kami pikir Komisi 11 September, FBI, dan CIA untuk mencari tahu tentang mereka," kata Graham seperti dikutip dari Sputnik, Minggu (3/7/2016).

Saat terbentuknya Komisi 11 September, mantan Presiden AS George W Bush memindahkan untuk mengklasifikasikan dokumen 28 halaman yang berisi rahasia teror Saudi. Bush beralasan hal itu diperlukan untuk melindungi sumber-sumber intelijen dan metode. Dua tahun lalu, setelah bertahun-tahun aksi protes yang dilakukan oleh keluarga korban, Presiden Obama memerintahkan meninjau deklasifikasi dokumen 28 halaman.

File 17 sendiri tersedia di situs advokasi publik 28pages,org dimana nama-nama pelaku pembajakan pesawat melakukan kontak di AS sebelum melakukan serangan. Banyak diantara kontak itu adalah diplomat Saudi. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah Riyadh mengetahui tentang rencana serangan tersebut. (SindoNews)

Sabtu, 02 Juli 2016

Israel Bombardir Empat Lokasi Jalur Gaza

Israel melancarkan serangan udara ke Jalur Gaza, setelah pejuang Palestina menembakkan roket yang menghantam sebuah bangunan di Israel selatan. Serangan udara Israel sendiri menghantam empat lokasi di Jalur Gaza, menyebabkan kerusakan namun tidak ada korban luka.



"Empat lokasi, termasuk lokasi lokakarya, dua lokasi sayap bersenjata Hamas dan situs pelatihan militer bagi kelompok Jihad Islam Palestina," kata pejabat keamanan dalam kondisi anonimitas seperti dikutip dari Al Arabiya, Sabtu (2/7/2016).

Menurut pejabat tersebut, dua dari situs itu berada di Kota Gaza, sementera dua lainnya berada di Beit Laha, sebelah utara wilayah kantung itu, yang dijalankan oleh kelompok Hamas. Semua situs tersebut sebelumnya telah ditargetkan oleh Israel.


Militer Israel mengatakan dalam sebuah pernyataan, serangan itu menargetkan empat lokasi yang menjadi komponen infrastruktur operasional Hamas di utara dan pusat Jalur Gaza.

Sebelumnya, sebuah roket yang diluncurkan dari Jalur Gaza menghantam bangunan di kota Israel selatan, Sderot. Serangan tersebut merusak bangunan, namun tidak menyebabkan cedera. Media Israel mengatakan, roket itu menghantam taman kanak-kanak, tetapi militer Israel tidak memberikan rincian lebih lanjut. (SindoNews)

Tak Sengaja Diluncurkan Rudal Supersonik Taiwan Hantam Perahu Nelayan

Pejabat pertahanan Taiwan mengatakan, satu orang tewas dan tiga orang terluka setelah Angkatan Laut Taiwan secara tidak sengaja menembakkan rudal supersonik anti kapal dari pangkalan Angkatan Laut.



Seperti dikutip dari BBC, Jumat (1/7/2016), rudal meluncur sekitar 75 km sebelum menghantam sebuah perahu. Temuan awal mengindikasikan, rudal itu tidak meledak dan tenggelam ke laut. "Kapten kapal, seorang pria berkewarganegaraan Taiwan, telah tewas," kata pejabat pertahanan.

Diberitakan sebelumnya, Angkatan Laut Taiwan menembakkan rudal supersonik anti-rudal di saat China memperingati ulang tahun ke-95 Partai Komunis. Militer Taiwan mengklaim penembakan itu sebagai sebuah kekeliruan, karena kesalahan operasional.


Rudal Hsiung Feng III yang ditembakkan memiliki jangkauan sekitar 300 km. Rudal tersebut ditembakkan dari kapal patroli Chinchiang (PGG-610) yang memiliki bobot 500 ton.

"Ini bukan kasus yang bermotif politik atau untuk membuat krisis dalam situasi sekitarnya," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Taiwan, Chen Chung-chi.

Beijing menganggap Taiwan bagian dari wilayah kedaulatannya dan setiap upaya untuk mendapatkan kemerdekaan penuh dipastikan mendapat perlawanan dari China. Beijing juga tidak mengesampingkan opsi invasi militer jika Taipei nekat menyatakan kemerdekaan. (SindoNews)

Rusia Akan Pamerkan Kekuatan Robot Militer

Militer Rusia dilaporkan akan memamerkan kekuatan robot mereka dalam waktu dekat. Militer Rusia akan memamerkan kekuatan robotnya pada pagelaran Army-2016 International Military-Technical Forum yang akan digelar di pinggiran Moskow jelang akhir tahun mendatang.

Rusia Akan Pamerkan Kekuatan Robot Militer

Melansir Sputnik pada Sabtu (2/7), militer Rusia disebut akan memamerkan dua atau tiga teknologi robot militer baru mereka. Dimana, semuanya dirancang, dikembangkan, dan dibangun di Rusia.

Sistem robot yang dipamerkan akan menampilkan, antara lain, sistem robot Nerechta, yang Avtorobot, yakni transporter tanpa awak dan Shershen, yang tidak lain kendaraan udara tak berawak


Menurut seorang sumber di militer Rusia, para pengunjung Army-2016 itu juga akan memiliki kesempatan untuk melihat prototipe dari Kobra-1600, yang merupakan robot anti-ranjau darat yang bisa digunakan di dalam kota.

Rusia sendiri memang diketahui tengah mengembangkan bidang robotik mereka untuk keperluan militer mereka. Negeri Beruang Merah itu disebut juga tengah mengembangkan kecerdasan buatan, untuk membuat robot seperti dalam film Terminator. (SindoNews)

NATO Coba Bujuk Obama Untuk Runtuhkan Rusia

Mantan komandan tertinggi NATO, Jenderal Philip Breedlove, ternyata diam-diam berusaha untuk melawan kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama, terkait Rusia. Dalam sebuah e-mail, yang bocor ke publik, terungkap bahwa Breedlove ingin AS lebih keras terhadap Rusia. Namun, hal ini tidak dilakukan oleh Obama.

NATO Coba Bujuk Obama Untuk Runtuhkan Rusia

E-mail yang dirilis oleh The Intercept tersebut, menunjukan Breedlove tidak senang dengan kebijakan yang diambil oleh pemerintahan Obama soal Rusia. Dirinya membujuk mantan Menteri Luar Negeri AS Colin Powell, untuk mempengaruhi Obama agar mau bertindak lebih agresif terhadap Rusia.

"Saya mungkin salah, tapi saya tidak melihat ini WH (Gedung Putih) benar-benar 'terlibat' dengan bekerja sama dengan Eropa / NATO. Terus terang saya pikir kita (NATO) khawatir akan ancaman AS akan terseret dalam konflik," tulis Breedlove kepada Powell.


"Saya membutuhkan nasihat Anda pada dua hal, bagaimana untuk membingkai kesempatan ini dalam waktu di mana semua mata tertuju pada ISIS (Daesh) sepanjang waktu, dan bagaimana kita bekerja dengan POTUS (Obama)," sambungnya, seperti dilansir Sputnik pada Sabtu (2/7).

Selain pada Powell, Breedlove juga mengirimkan sejumlah e-mail kepada sejumlah pejabat tinggi lainnya untuk mempengaruhi pemerintahan Obama. Salah satu pejabat yang turut dikirimi email oleh Breedlove adalah penasihat senior Dewan Atlantik Harlan Ullman, sebagai refensi permohonan pada Powell.

NATO sendiri dalam waktu dekat akan mengirimkan empat batalion pasukan ke empat negara yang berbatasan langsung dengan Rusia. Langkah ini mendapat kecaman keras dari pemerintah Rusia, dimana Negeri Beruang Merah itu menyebutnya sebagai tindakan provokasi dan berbahaya. (SindoNews)

Rusia-Turki Capai Kesepahaman Soal Krisis di Suriah

Rusia dan Turki dilaporkan telah mencapai kesepahaman mengenai krisis yang terjadi di Suriah. Kedua negara juga disebut telah sepakat mengenai pentingnya memberangus al-Nusra, cabang al-Qaeda di Suriah.

Rusia-Turki Capai Kesepahaman Soal Krisis di Suriah

Kesepahaman itu dicapai kala terjadi pertemuan antara Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov dan Menteri Luar Negeri Turki,  Mevlut Cavusoglu. Dalam pernyataan bersama, kedua pihak menekankan, bahwa Rusia dan Turki tidak hanya menanggap ISIS sebagai kelompok teroris di Suriah, tapi juga al-Nusra.

Selain itu, keduanya juga telah sepakat bahwa kelompok oposisi harus menarik diri dari wilayah yang dikuasai oleh teroris. Menurut Lavrov, Turki telah menerima aturan baru upaya anti-terorisme di Suriah.


Dimana, papar Lavrov Turki telah setuju dengan pendapat jika pasukan yang disebut dengan oposisi moderat tidak meninggalkan kawasan yang dikendalikan oleh teroris, mereka akan dianggap sebagai kaki tangan teroris. Dengan kata lain, mereka akan menjadi target serangan.

"Mereka yang tidak ingin terkena serangan perlu meninggalkan posisi yang dikuasi oleh oleh Jabhat al-Nusra dan ISIS. Jika oposisi patriotik, oposisi konstruktif tetap di wilayah yang dikuasai oleh teroris, akan dianggap kaki tangan terois," kata Lavrov, seperti dilansir Sputnik pada Sabtu (2/7). (SindoNews)

Serangan Udara Koalisi AS Tewaskan 2 Pentolan ISIS

Juru bicara Pentagon mengatakan, sebuah serangan koalisi udara yang dipimpin Amerika Serikat (AS) menewaskan wakil menteri dan seorang komandan militer ISIS. Serangan itu terjadi pada 25 Juni lalu di Mosul, Irak.

Serangan Udara Koalisi AS Tewaskan 2 Pentolan ISIS

"Kematian mereka, bersam dengan serangan terhadap para pemimpin ISIS lainnya pada bulan lalu, memberikan pukulan kritis kepada ISIS terkait keberadaan pemimpin berpengalaman di Mosul dan menyingkirkan dua anggota paling senior mereka di Irak Utara," kata Peter Cook dal

am sebuah pernyataan seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (2/7/2016).

Cook mengatakan, serangan yang terjadi di dekat Mosul menewaskan Wakil Menteri Perang ISIS Basim Muhammad Ahmad Sultan al-Bajari. Ia adalah sosok yang mengawali penangkapan terhadap kelompok militan dari Mosul pada 2014.


"Anggota ISIS lainnya yang tewas dalam serangan itu adalah Hatim Talib al-Hamduni, seorang komandan militer di Mosul," imbuh Cook.

Pada bulan Juni, militer Irak mengklaim kemenangan dalam ofensif yang didukung AS melawan pasukan ISIS di Fallujah dan mengatur strategi serangan ke Mosul, kota terbesar kedua di Irak, yang juga di kuasai oleh ISIS. (SindoNews)