HOT NEWS

Jumat, 28 Oktober 2016

Jet Tempur China Dibidik Jet Tempur Jepang

China dibuat murka oleh tindakan yang dilakukan oleh jet tempur milik Jepang di dekat Laut China Timur. Jet temput Jepang dilaporkan menargetkan sebuah jet China, dan melakukan manuver yang membahayakan jet China.


Juru bicara Kemhan China, Wu Qian menyatakan, jet Jepang bukan hanya mengunci posisi jet China, tapi juga melepaskan proyektil pengecoh. Hal itu dinilai sangat membahayakan pilot jet tempur China.

"Apa yang lebih mengkhawatirkan, ketika pesawat dari Pasukan Bela Diri Jepang menghadapi pesawat Cina, radar mereka menyala. Mereka melepaskan proyektil pengecoh dan menunjukkan aksi tidak profesional dan perilaku provokatif lainnya yang berbahaya," kata Wu.


"Tindakan ini membahayakan pesawat dan personel militer Cina dan adalah akar dari masalah maritim dan udara China dan Jepang," sambungnya, seperti dilansir Reuters pada Kamis (27/10).

China mendesak Jepang untuk mengadopsi sikap bertanggung jawab dan mencegah insiden seperti itu terjadi kembali. Sejauh ini pemerintah Jepang belum memberikan komentar mengenai tudingan yang disampaikan oleh China tersebut.  (SindoNews)

Rusia Luncurkan Kapal Selam Super Siluman Veliky Novgorod

Angkatan Laut Rusia meluncurkan kapal selam super siluman terbaru mereka. Kapal selam yang diberi nama Veliky Novgorod akan disebar di Laut Hitam di mana NATO bersiap untuk mengirim ribuan pasukan ke perbatasan Rusia.
Angkatan Laut Rusia meluncurkan kapal selam super siluman terbaru mereka. Kapal selam yang diberi nama Veliky Novgorod akan disebar di Laut Hitam di mana NATO bersiap untuk mengirim ribuan pasukan ke perbatasan Rusia.


Rusia Luncurkan Kapal Selam Super Siluman Veliky Novgorod
Rusia meluncurkan kapal selam super siluman Veliky Novgorod yang akan dioperasionalkan di Laut Hitam. Foto/Istimewa

Veliky Novgorod menjadi tambahan kekuatan baru untuk armada Laut Hitam Rusia yang mampu menyerang target di darat, laut, dan bawah air. Kapal selam ini juga bisa mengikuti aktivitas penting angkatan laut Rusia lainnya. Kapal diesel listrik ini memamerkan teknologi stealth canggih  dan peningkatan jangkauan tempur secara resmi diluncurkan di St. Petersburg.

Wakil Komandan Angkatan Laut Rusia Laksamana Aleksandr Fedotenkov dan CEO galangan kapal Alexander Buzakov hadir di upacara resmi sebelum kapal dipindahkan ke Laut Hitam untuk beroperasi. Buzakov mengatakan bahwa kapal selam lain kelas Varshavyanka, Kolpino, akan diluncurkan pada bulan November mendatang.AL


"Uji coba kelima kapal selam, Veliky Novgorod, telah berhasil diselesaikan dan pada tanggal 25 Oktober akan diserahkan kepada Armada Laut Hitam. Pengalihan kapal selam keenam, Kolpino, sedang berlangsung. Dijadwalkan akan selesai pada 25 November," terangnya seperti dikutip dari laman Express, Jumat (28/10/2016).

Veliky Novgorod dirancang untuk operasi anti kapal dan anti kapal selam di perairan pertengahan mendalam. Kapal ini membawa 52 awak, memiliki kecepatan di bawah air diatas 20 knot dan daya jelajah 4.000 mil. Kapal ini bisa beroperasi di bawah air selama 45 hari dan dipersenjatai dengan 18 torpedo dan rudal permukaan ke udara.
Veliky Novgorod menjadi tambahan kekuatan baru untuk armada Laut Hitam Rusia yang mampu menyerang target di darat, laut, dan bawah air. Kapal selam ini juga bisa mengikuti aktivitas penting angkatan laut Rusia lainnya. Kapal diesel listrik ini memamerkan teknologi stealth canggih  dan peningkatan jangkauan tempur secara resmi diluncurkan di St. Petersburg.

Wakil Komandan Angkatan Laut Rusia Laksamana Aleksandr Fedotenkov dan CEO galangan kapal Alexander Buzakov hadir di upacara resmi sebelum kapal dipindahkan ke Laut Hitam untuk beroperasi. Buzakov mengatakan bahwa kapal selam lain kelas Varshavyanka, Kolpino, akan diluncurkan pada bulan November mendatang.

"Uji coba kelima kapal selam, Veliky Novgorod, telah berhasil diselesaikan dan pada tanggal 25 Oktober akan diserahkan kepada Armada Laut Hitam. Pengalihan kapal selam keenam, Kolpino, sedang berlangsung. Dijadwalkan akan selesai pada 25 November," terangnya seperti dikutip dari laman Express, Jumat (28/10/2016).

Veliky Novgorod dirancang untuk operasi anti kapal dan anti kapal selam di perairan pertengahan mendalam. Kapal ini membawa 52 awak, memiliki kecepatan di bawah air diatas 20 knot dan daya jelajah 4.000 mil. Kapal ini bisa beroperasi di bawah air selama 45 hari dan dipersenjatai dengan 18 torpedo dan rudal permukaan ke udara.  (SindoNews)

Makkah Nyaris Dihantam Rudal Balistik Houthi Yaman

Milisi pemberontak Houthi Yaman meluncurkan rudal balistik ke arah kota suci Makkah pada hari Kamis. Namun, militer koalisi Arab yang yang dipimpin Arab Saudi berhasil mencegat dan menghancurkan rudal Houthi yang nyaris menghantam Kota Makkah itu.

Makkah Nyaris Dihantam Rudal Balistik Houthi Yaman

Serangan Houthi dengan target Kota Makkah itu dikonfirmasi militer Saudi yang disiarkan kantor berita negara Saudi, SPA, Jumat (28/10/2016).

Menurut pernyataan militer Saudi, pasukan koalisi Arab menghancurkan rudal balistik Houthi yang sudah melesat 65 km (40 mil) dari kota suci Makkah. Serangan rudal Houthi tidak menimbulkan kerusakan terhadap situs suci umat Islam.


Makkah seperti diketahui merupakan rumah bagi berbagai situs suci dalam Islam, termasuk Masjidilharam.

Sementara itu, kelompok Houthi dalam sebuah pernyataan hari Jumat, mengkonfirmasi tembakan rudal balistik Burkan-1 ke wilayah Arab Saudi. Namun, Houthi mengklaim tembakan rudal balistik mereka diarahkan ke Bandara Internasional King Abdulaziz di Jeddah, bandara tersibuk Kerajaan Arab Saudi.

Kelompok Houthi telah menguasai sebagian wilayah Yaman utara termasuk Ibu Kota Sanaa bersama dengan sekutunya para loyalis mantan Presiden Ali Abdullah Saleh.  (SindoNews)

Rabu, 26 Oktober 2016

Bunker Rahasia yang di Klaim Paling Aman untuk Berlindung

APA yang ada di benak Anda ketika mendengar  kata bunker? Bunker selalu identik dengan ruangan rahasia bawah tanah.

Dalam 60 tahun terakhir, banyak negara berlomba-lomba memperkuat fasilitas keamanan. Salah satunya dengan membangun bunker yang biasannya digunakan sebagai basis militer, fasilitas penelitian ataupun sebagai tempat evakuasi jika terjadi ledakan besar, bencana alam, dan peristiwa lain. Berikut 10 bunker bawah tanah rahasia di dunia.


Bunker Rahasia yang di Klaim Paling Aman untuk Berlindung

1. Svalbard Global Seed Vault (Norwegia)
Bunker ini berada di Norwegia, letaknya sekitar 810 mil dari Kutub Utara. Bangunan depannya menyerupai sebuah pintu masuk besar dan didesain seperti semacam tempat evakuasi besar-besaran pada keadaan sangat darurat. Berbagai jenis benih dan bibit tanaman dari berbagai negara disimpan sebanyak mungkin di dalam fasilitas bawah tanah ini. Tujuannya untuk persediaan jika jenis-tanaman-tanaman tersebut mengalami kepunahan akibat ledakan besar atau radiasi nuklir.


2. Denver International Airport (Colorado, AS)
Denver International Airport merupakan salah satu bandara terbesar dan tersibuk di dunia seluas 53 mil persegi yang berada di Colorado, AS. Bandara tersebut dikabarkan memiliki bunker di bawah tanah, meski di atasnya hanya hamparan dataran. Lima bangunan telah dibangun dan di atas bangunan tersebut dibangun bangunan baru

3. Shanghai Complex (China)
Sebagian besar bangunan Shanghai Complex telah dibuat tersembunyi. Satu hal yang diketahui sejumlah media ialah keberadaan bunker di Shanghai Complex dengan luas 1 juta kaki persegi dan mampu menampung hingga 200.000 orang serta memiliki kemampuan menahan ledakan, radiasi nuklir, dan gas beracun

4. Burlington Bunker (Inggris)
Burlington Bunker merupakan kota seluas 35 hektare bekas kota perang dingin dan terletak 100 kaki di bawah permukaan Corsham, Inggris. Tempat tersebut dibangun Pemerintah Inggris pada 1950 dengan kode bernama Burlington. Tempat ini dapat menampung 6.000 orang serta bertahan selama 3 bulan dan dapat menahan serangan nuklir

5. Greenbrier Bunker (Virginia, AS)

Greenbrier Bunker awalnya merupakan bangunan tambahan yang dibangun Pemerintah Amerika Serikat di bawah Hotel Greenbier pada 1958. Mereka diizinkan membangun bunker seluas 120.000 kaki persegi di bawah hotel dan baru terungkap keberadaannya pada 1990. Dikabarkan saat ini bunker tersebut telah dinonaktifkan.

6. Iron Mountain (Massachusetts, AS)

Iron Mountain awalnya merupakan benteng bawah tanah yang dibangun sebuah perusahaan jasa manajemen informasi. Meski pada awalnya tidak untuk dijadikan bunker bawah tanah, namun tempat tersebut memiliki predikat sebagai salah satu tempat paling aman di muka bumi jika terjadi sesuatu dengan luas 10.000 kaki persegi

7. Moscow Metro (Rusia)
Moscow Metro adalah sistem kereta bawah tanah dan sistem bawah tanah besar untuk kereta rahasia serta bunker. Moscow Metro juga merupakan kota tersembunyi di bawah Kota Moskow yang sebagian besar dibangun mantan pemimpin Uni Soviet Joseph Stalin di era Perang Dingin.

8. Raven Rock Mountain Complex (Pennsylvania-Maryland, AS)
Dikenal dengan Site R, terletak di Weynesboro, Pennsylvania, AS. Tempat ini punya julukan underground Pentagon dan memang dibangun untuk menghadapi kiamat. Site R sudah dibangun sejak 1950-an.

Tempat ini konon berisi banyak fasilitas bertahan hidup mulai dari pompa udara sampai lorong-lorong yang berisi kamar-kamar. Site R begitu kuat hingga dikatakan sanggup bertahan dari bom nuklir sekalipun.

9. Cheyenne Mountain (Colorado, AS)
Fasilitas bawah tanah Cheyenne Mountain Complex berada di dekat Colorado Spring, Colorado dan dibangun di dalam bukit bebatuan granit sedalam 2.000 kaki. Bunker yang didesain untuk evakuasi dan menahan serangan militer ini mampu bertahan dari ledakan nuklir berkekuatan 5 megaton.

10. Mount Weather (Virginia, AS)
Mount Weather memiliki fasilitas komando sipil dan bunker bawah tanah serta digunakan sebagai pusat komando untuk Federal Emergency Management Agency (FEMA). Pengumuman yang dibuat Presiden ataupun FEMA selama sistem siaga darurat kemungkinan terbesar berasal dari tempat tersebut. Mount Weather telah diperkaya. Tidak hanya dengan bangunan di atas permukaan, namun juga bawah tanah

Sumber: wonderfulengineering.com

Rusia Ujicoba Rudal Glider Hipersonik Yang Diklaim Kalahkan Sistem Anti-Rudal AS

Pasukan rudal strategis Rusia meluncurkan rudal balistik RS-18 dari glider hipersonik, pada hari Selasa. Glider hipersonik yang bisa membawa hulu ledak nuklir ini diklaim mampu mengalahkan sistem anti-rudal Amerika Serikat (AS).

Uji coba dilakukan pada tengah hari dari sebuah situs dekat kota Yasny, wilayah Orenburg, di Ural selatan. Hulu ledak yang ditembakkan dilaporkan mencapai lapangan tembak Kura di Kamchatka, wilayah Timur Jauh Rusia.


Rusia Ujicoba Rudal Glider Hipersonik Yang Diklaim Kalahkan Sistem Anti-Rudal AS

”Tes itu sukses. Hulu ledak sampai ke lapangan Kura,” demikian laporan dari Kementerian Pertahanan Rusia, seperti dikutip Russia Today, Rabu (26/10/2016).

Sebuah blog pertahanan populer, MilitaryRussia.ru melaporkan, peluncuran rudal itu dimaksudkan untuk menguji hulu ledak dari glider hipersonik Rusia yang saat ini dikenal sebagai “object 4202”, atau Aeroballistic Hypersonic Warhead.


Beberapa negara sejatinya juga sedang mengembangkan teknologi glider hipersonik. AS misalnya, memiliki HTV-2, sebuah perangkat yang dikembangkan oleh DARPA yang sudah menjalani dua uji coba.

China juga mengembangkan teknologi serupa yang dinamai DF-ZF. Beijing pertama kali mengkonfirmasikan uji coba glider hipersoniknya pada 2014. India juga sedang mempelajari teknologi pesawat hipersonik, tapi tidak dengan pengembangan hulu ledak rudal strategisnya.

Object 4202 disebut-sebut dirancang untuk menjadi perangkat generasi rudal strategis berat Rusia RS-28 Sarmat atau yang dikenal sebagai rudal “Setan 2”. Foto rudal “Setan 2” beberapa hari lalu dirlis online oleh Rusia yang diklaim mampu menghancurkan wilayah seukuran Texas maupun Prancis hanya dalam serangan tunggal.  (SindoNews)

Rusia Kirim Kapal Perang Berpeluru Kendali ke Laut Baltik

Rusia dilaporkan mengirimkan dua kapal perang berpeluru kendali mematikan yang mempunyai kemampuan mencapai Eropa ke Laut Baltik. Pengiriman dua kapal perang ini dilakukan ditengah persiapan NATO mengirimkan ribuan pasukan ke perbatasan Rusia.

Rusia Kirim Kapal Perang Berpeluru Kendali ke Laut Baltik

Dua kapal perang tersebut awalnya adalah bagian dari armada kapal perang yang dikirimkan ke Laut Mediterania. Mereka berencana mengisi bahan bakar di Spanyol sebelum melanjutkan perjalanan menuju Suriah. Namun kapal itu malah bergerak ke Laut Utara,melewati Great Belt sekitar Denmark dan ke Laut Baltik.

Diyakini kapal-kapal itu sedang dalam perjalanan ke kantong Rusia di Baltik, Kaliningrad, yang baru-baru ini memiliki sejumlah rudal mematikan. "Dengan munculnya dua kapal kecil yang dipersenjatai dengan rudal jelajah Kalibr, Armada kapal itu berpotensi menargetkan basis militer Eropa di utara," ucap sebuah sumber seperti dikutip dari Express, Kamis (27/10/2016)


Dylan White, yang bertindak sebagai juru bicara NATO mengatakan: "Angkatan Laut NATO sedang memantau kegiatan ini di dekat perbatasan kita."

Sedangkan seorang analis pertahanan dari Atlantic Council Digital Forensik Research Lab, menambahkan: "Penambahan rudal Kalibr akan meningkatkan jangkauan serangan bukan hanya dari Armada Baltik, tapi pasukan Rusia di kawasan Baltik, lima kali lipat. Dua korvet kecil, dengan kemampuan rudal nuklir modern mereka, mungkin belum memberikan dampak yang luar biasa untuk ukuran mereka di Baltik."

Armada ini menjadi berbahaya setelah diatur untuk menerima lebih lanjut tiga kapal perang bersenjata dengan rudal yang sama pada akhir 2020.

Hubungan Rusia dengan sejumlah negara Baltik menjadi lebih dan lebih menegangkan dalam beberapa bulan terakhir karena Rusia mencoba untuk memamerkan kekuatan militernya.  (SindoNews)

Enam Negara NATO Siap Kirim Kekuatan Penuh ke Laut Hitam

Sekretaris Jenderal (Sekjen) NATO, Jens Stoltenberg menyatakan enam negara anggota organisasi itu siap mengirimkan unit angkatan laut mereka ke Laut Hitam pada 2017 mendatang. Enam negara itu diantaranya adalah Amerika Serikat (AS), Turki, dan Polandia.

Enam Negara NATO Siap Kirim Kekuatan Penuh ke Laut Hitam

Stoltenberg mencatat kemajuan dalam memperkuat kehadiran NATO di wilayah Laut Hitam. "Dengan kerangka brigadi multinasional yang dipimpin Rumania di darat dan kami sedang bekerja pada langkah-langkah di udara dan laut," seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (27/10/2016).

Stoltenberg mengatakan beberapa negara anggota menunjukkan kesediannya untuk berkontribusi menunjukkan kehadiran NATO di wilayah Laut Hitam di darat, laut, dan di udara termasuk Kanada, Jerman, Belanda, Polandia, Turki dan Amerika Serikat. "Sekutu lain juga melihat bagaimana mereka bisa berkontribusi," tambahnya.


Rencana pada peningkatan kehadiran Laut Hitam akan diselesaikan selama pertemuan lain pada menteri NATO pada bulan Februari. Berikut reunifikasi Crimea dengan Rusia, NATO telah semakin khawatir tentang Laut Hitam berubah menjadi "danau Rusia."

Stoltenberg juga mengatakan bahwa 17 negara NATO akan mendelegasikan unit mereka untuk bergabung dengan empat batalyon multinasional di darat untuk dikerahkan di Polandia dan Negara Baltik awal tahun depan. Batalyon akan dipimpin oleh AS, Inggris, Kanada dan Jerman, sedangkan negara-negara pengirim pasukan mereka termasuk Perancis, Polandia, Albania, Rumania, Kroasia dan lain-lain.

Stoltenberg menekankan bahwa NATO sedang memantau pergerakan kapal Rusia di Laut Baltik. "Saya dapat mengkonfirmasikan bahwa dua kapal perang Rusia baru-baru ini memasuki Laut Baltik, dan NATO memantau gerakan ini dengan cara yang selalu kita lakukan," katanya.

Namun Stoltenberg menekankan bahwa, meskipun terjadi penumpukan pasukan di Eropa Timur, aliansi siap berdialog dengan Moskow. "Kami prihatin tentang perilaku Rusia. Dialog Bur bahkan lebih penting ketika ketegangan semakin tinggi. Dan NATO siap untuk mengadakan pertemuan duta besar dari Dewan NATO-Rusia dalam waktu dekat," katanya.  (Sindonews)

Presiden Duterte Beri Waktu Dua Tahun Bagi AS Untuk Tarik Pasukan Dari Finipina

Presiden Filipina, Rodrigo Duterte menyerukan penarikan semua pasukan asing dari Filipinan dalam jangka waktu dua tahun. Hal itu diungkapkannya saat berbicara dengan pengusaha pada awal kunjungan tiga harinya ke Jepang.


Duterte mengakui jika pernyataannya baru-baru ini tentang pemisahan militer Manila dari Amerika Serikat (AS) telah membuat marah Washington. Namun ia bertekad untuk melakukan kebijakan luar negeri yang independen.

"Saya ingin, mungkin dalam dua tahun ke depan, negara saya bebas dari kehadiran pasukan militer asing. Saya ingin mereka keluar. Dan jika saya harus merevisi atau membatalkan perjanjian, perjanjian eksekutif, ini akan menjadi manuver terakhir, latihan perang antara AS dan militer Filipina," katanya seperti dikutip dari The Guardian, Kamis (27/10/2016).


Duterte mengakui jika dirinya mungkin telah mengacak-acak perasaan sejumlah pihak namun itu adalah gayanya. "Kami akan bertahan, tanpa bantuan dari Amerika, mungkin kualitas hidup yang lebih rendah, tapi seperti yang saya katakan, kami akan bertahan hidup," katanya.

Dalam kesempatan itu, Duterte mencoba meyakinkan Jepang bahwa tujuan kunjungannya ke China pekan lalu terbatas untuk kerjasama ekonomi. "Kau tahu Saya pergi ke Chiba untuk berkunjung. Dan saya ingin meyakinkan Anda bahwa semua itu terkait ekonomi. Kami tidak berbicara tentang senjata. Kami menghindari pembicaraan tentang aliansi," katanya. 





Abaikan Ancaman AS

Presiden Filipina Rodrigo Duterte kembali mengeluarkan pernyataan yang menyerang Amerika Serikat (AS). Dalam pertemuan dengan warga Filipina di Tokyo, Duterte menyebut AS sebagai negara bodoh.

Duterte mengatakan, AS benar-benar bodoh dengan mengeluarkan ancaman untuk memotong semua bantuan yang mereka berikan kepada Filipina, hanya karena tidak suka dengan kebijakan anti-narkoba di Filipina. 

"Amerika benar-benar pengganggu, mereka menghukum kita karena kita melakukan perang melawan narkoba," kata Duterte dalam pertemuan tersebut, seperti dilansir Al Jazeera pada Rabu (26/10).

"Itu adalah hal yang merendahkan AS, dengan melemparkan ancaman untuk memotong semua bantuan dengan dasar HAM. Anda (AS) dapat mengambil semuanya, itu adalah milik Anda, kami akan tetap bertahan (tanpa bantuan)," sambungnya.

Hal senada sempat diutarakan Duterte jelang keberangkatan ke Tokyo. Di depan wartawan Filipina, Duterte menyebut AS sudah diserang oleh diskriminasi.

Duterte sendiri direncanakan akan berada di Tokyo selama kurang lebih empat hari. Di ibukota Jepang itu Duterte dijadwalkan bertemu sejumlah pengusaha, dan pejabat tinggi Jepang, termasuk Perdana Menteri Shinzo Abe.  (SindoNews)

Pejabat Amerika : Sia-sia Minta Korut Hentikan Program Nuklir

Direktur intelijen nasional Amerika Serikat (AS), James Clapper mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) harus fokus dalam hal membatasi kemampuan nuklir Korea Utara (Korut). Menurutnya, meyakinkan Korut untuk menghentikan pengembangan nuklir adalah hal yang sia-sia.

Sia-sia Minta Korut Hentikan Program Nuklir

"Saya pikir gagasan untuk denuklirisasi Korut adalah hal yang sia-sia. Mereka tidak akan melakukan itu karena itu adalah tiket mereka untuk bertahan hidup," katanya didepan Dewan Hubungan Luar Negeri seperti dikutip dari Sputniknews, Kamis (27/10/2016).

Clapper lantas menjelaskan perjalanannya ke Korut pada tahun 2014 lalu untuk menjamin pembebasan dua warga AS. Ia memberikan penilaian 'good taste' atas pengembangan nuklir dari perspektif negara itu.


"Mereka berada di bawah pengepungan dan mereka sangat paranoid, sehingga gagasan untuk menyerah dalam mengembangkan kemampuan nuklir, apa pun itu, adalah tidak mungkin. Yang terbaik mungkin bisa kita berharap adalah semacam penumbat, tetapi mereka tidak akan melakukan itu hanya karena kita meminta mereka. Ada beberapa bujukan yang harus signifikan," tuturnya.

Clapper juga mengungkapkan jika Pyongyang belum melakukan uji coba rudal balistik antar benua KN-08 se

Direktur intelijen nasional Amerika Serikat (AS), James Clapper mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) harus fokus dalam hal membatasi kemampuan nuklir Korea Utara (Korut). Menurutnya, meyakinkan Korut untuk menghentikan pengembangan nuklir adalah hal yang sia-sia.

"Saya pikir gagasan untuk denuklirisasi Korut adalah hal yang sia-sia. Mereka tidak akan melakukan itu karena itu adalah tiket mereka untuk bertahan hidup," katanya didepan Dewan Hubungan Luar Negeri seperti dikutip dari Sputniknews, Kamis (27/10/2016).

Clapper lantas menjelaskan perjalanannya ke Korut pada tahun 2014 lalu untuk menjamin pembebasan dua warga AS. Ia memberikan penilaian 'good taste' atas pengembangan nuklir dari perspektif negara itu.

"Mereka berada di bawah pengepungan dan mereka sangat paranoid, sehingga gagasan untuk menyerah dalam mengembangkan kemampuan nuklir, apa pun itu, adalah tidak mungkin. Yang terbaik mungkin bisa kita berharap adalah semacam penumbat, tetapi mereka tidak akan melakukan itu hanya karena kita meminta mereka. Ada beberapa bujukan yang harus signifikan," tuturnya.

Clapper juga mengungkapkan jika Pyongyang belum melakukan uji coba rudal balistik antar benua KN-08 sehingga utilitasnya tidak dapat diketahui. Rudal balistik ini diyakini mampu menyerang AS. Ia pun menyarankan kepada Washington tidak menunggu sampai Korut menguji coba rudal tersebut.

"Namun demikian, kami menganggap kemampuan Korut untuk meluncurkan rudal yang memiliki kemampuan untuk mencapai wilayah AS, tentu termasuk Alaska dan Hawaii, kami harus beranggapan mereka mampu. Kami harus membuat asumsi terburuk di sini," tukasnya.

Menanggapi hal itu, juru bicara Departemen Luar Negeri John Kirby mengatkan ia tidak terlalu memusingkan komentar Clapper dan AS masih berharap untuk melanjutkan negosiasi bantuan perlucutan senjata yang terhenti sejak 2009.

"Kami terus melihat diversifikasi, denuklirisasi semenanjung Korea. Kami ingin melihat kembali ke proses pembicaraan enam pihak, dan itu berarti kita perlu melihat Korut menunjukkan kemauan dan kemampuan untuk kembali ke proses mereka yang belum selesai," katanya.

hingga utilitasnya tidak dapat diketahui. Rudal balistik ini diyakini mampu menyerang AS. Ia pun menyarankan kepada Washington tidak menunggu sampai Korut menguji coba rudal tersebut.

"Namun demikian, kami menganggap kemampuan Korut untuk meluncurkan rudal yang memiliki kemampuan untuk mencapai wilayah AS, tentu termasuk Alaska dan Hawaii, kami harus beranggapan mereka mampu. Kami harus membuat asumsi terburuk di sini," tukasnya.

Menanggapi hal itu, juru bicara Departemen Luar Negeri John Kirby mengatkan ia tidak terlalu memusingkan komentar Clapper dan AS masih berharap untuk melanjutkan negosiasi bantuan perlucutan senjata yang terhenti sejak 2009.

"Kami terus melihat diversifikasi, denuklirisasi semenanjung Korea. Kami ingin melihat kembali ke proses pembicaraan enam pihak, dan itu berarti kita perlu melihat Korut menunjukkan kemauan dan kemampuan untuk kembali ke proses mereka yang belum selesai," katanya.  (SindoNews)

Selasa, 18 Oktober 2016

Pentagon Nyatakan Defcon 3, AS bersiap perang lawan Rusia

Konflik Suriah membuat ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Rusia terus mengarah titik nadir. Kedua negara saling mengancam, bahkan Presiden Vladimir Putin memperingatkan warganya untuk bersiap-siap jika terjadi perang.

Pentagon Nyatakan Defcon 3, AS bersiap perang lawan Rusia

Hal yang sama juga dilakukan AS. Negara ini telah meningkatkan sistem pertahanannya menjadi Defcon level 3, artinya Pentagon tak lagi memandang sebelah mata terhadap ancaman-ancaman Rusia. Bahkan, negara ini bisa mengerahkan Angkatan Udaranya dalam hitungan 15 menit.

Defcon berarti 'kondisi kesiapan pertahanan', di mana negara dalam keadaan bersiap untuk menghadapi ancaman dari luar, seperti perang nuklir. Defcon terdiri atas lima level, di mana level kelima merupakan level paling terendah, di mana negara dirasa aman dari ancaman apapun.


Sebaliknya, Defcon level satu merupakan tanda bahaya. Jika itu terjadi, maka negara memiliki hak untuk menggunakan opsi militer guna menetralisir perang nuklir, dan melakukan respons cepat terhadap setiap ancaman. Sedangkan level tiga berarti Angkatan Udara AS bisa dimobilisasi hanya dalam waktu 15 menit.

Berdasarkan laporan dari media setempat, saat ini AS telah menetapkan Defcon 3. Penetapan ini dilakukan sesuai meningkatnya tensi, kejadian di dunia, dan kemungkinan pernyataan perang terhadap Rusia.

Tensi ketegangan itu terjadi setelah AS dan Rusia saling menyalahkan atas rusaknya perjanjian gencatan senjata, di mana terjadi pengeboman terhadap iringan bantuan, dan serangan terhadap Kota Aleppo. Di mana AS melindungi pasukan pemberontak dan Rusia berdiri di belakang Bashar al-Assad.

Belum ada penjelasan resmi dari pemerintah AS tentang penetapan Defcon 3 terhadap sistem pertahanan mereka. Apalagi, Rusia telah menyatakan bergabung dengan China untuk menghentikan operasi AS dalam membangun jaringan misil di Eropa dan Asia. (Merdeka)

Berpaling dari Amerika Serikat, Filipina Akan Berkoalisi Dengan China

Tanda-tanda Filipina akan berpaling dari Amerika Serikat (AS) semakin terlihat, seiring dengan pernyataan terbaru yang dilontarkan Presiden Filipina Rodrigo Duterte. Pemimpin Filipina itu mengatakan, hanya China yang bisa membantu Filipina.

Berpaling dari Amerika Serikat, Filipina Akan Berkoalisi Dengan China
Duterte

"Kakek saya adalah orang Cina. Hanya China yang dapat membantu kita," kata Duterte dalam sebuah pernyataan, jelang keberangkatannya ke Beijing, seperti dilansir Russia Today pada Selasa (18/10).

"Semua yang saya perlu lakukan adalah berbicara dan jabat tangan erat dari para pejabat (China) dan mengatakan bahwa kita orang Filipina dan kami siap untuk bekerja sama dengan Anda, untuk membantu kami dalam membangun perekonomian kita dan membangun negara kita," sambungnya.


Duterte mengatakan, pendapatan perkapita Filipina terus jatuh sejak pergantian milenium. Duterte mengklaim, ia memiliki rencana infrastruktur besar bagi tanah airnya, yang tidak bisa direalisasikan karena kurangnya persediaan modal.

"Jika kami dapat memiliki hal-hal yang telah Anda berikan ke negara-negara lain dengan cara memberikan bantuan, kami juga ingin menjadi bagian dari itu dan menjadi bagian dari rencana yang lebih besar dari China tentang seluruh Asia, khususnya Asia Tenggara," sambungnya.

Duterte dijadwalkan akan melakukan kunjungan selama empat hari ke China. Di sana, ia akan bertemu dengan sejumlah pejabat tinggi Negeri Tirai Bambu itu, termasuk melakukan pertemuan dengan Presiden China Xi Jin-ping.


Warga Filipina Lebih Percaya AS Ketimbang China

Sebuah hasil survei yang dilakukan terhadap warga Filipina menunjukkan jika mereka lebih percaya Amerika Serikat (AS) ketimbang China. Kenyataan ini berbanding terbalik dengan retorika Presiden Rodrigo Duterte yang anti AS dan mendadak merapat ke China.

Menurut survei yang dilakukan oleh Social Weather Stations, 55 persen warga Filipina sedikit percaya kepada AS ketimbang China berbanding 11 persen dengan mereka yang ragu terhadap AS. Survei ini dilakukan sejak 24 hingga 27 September.

Sementara lebih dari tiga per empat, atau 76 persen, dari 1.200 responden sangat percaya kepada AS berbanding 22 persen dengan mereka yang merasakan hal yang sama terhadap China. Jajak pendapat ini tidak meminta responden untuk menjelaskan pandangan mereka seperti dikutip dari Reuters, Selasa (18/10/2016).

Duterte menunjungi China pada hari ini didampingi oleh setidaknya 200 delegasi bisnis, saat ia melihat peluang untuk membuka aliansi komersial baru dengan Beijing. Duterte menyatakan hal itu bertujuan untuk meningkatkan perekonomian Filipina dan diversifikasi kebijakan luar negeri yang terlalu bergantung dengan Washington.

Duterte telah mencerca dengan garang AS sebagai sekutu lamanya dan bekas penjajah. Ia mengeluhkan sikap Presiden Barack Obama yang terlalu mendikte terkait perang anti narkoba yang diterapkan oleh Duterte. Ia bahkan sempat mencerca Obama dengan kata-kata 'pergilah ke neraka.'  (SindoNews)

Senin, 17 Oktober 2016

Amerika Serikat Resmikan Kapal Destroyer USS Zumwalt

Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) menyambut lahirnya kapal perang terbaru mereka. Kapal yang diberi nama Zumwalt itu adalah kapal perusak terbesar dan paling canggih seharga USD4,5 miliar.

"Jika Batman memiliki kapal perang, itu akan menjadi USS Zumwalt. Selama Presiden kita dan Anda orang Amerika memiliki nafsu tak terpuaskan untuk keamanan, maka saya memiliki nafsu tak terpuaskan untuk hal-hal mempertahankan keamanan itu," kata Komandan Komando Pasifik AS Laksamana Harry Harris seperti dikutip dari Daily Mail, Minggu (16/10/2016).


Amerika Serikat Resmikan Kapal Destroyer USS Zumwalt

Menurut sekretaris Angkatan Laut (AL) AS, Ray Mabus, USS Zumwalt adalah lompatan kuantum untuk kapal AL. "Ini yang pertama dari jenis pembuka jalan bagi kelas baru kapal perang, sistem baru yang bisa kita gunakan dan ityu akan memperluas hal yang dapat kita lakukan dan cara kita melakukannya," kata Mabus.


USS Zumwalt memiliki panjang 610 kaki dengan bentuk sudut yang tajam untuk meminimalkan pendeteksian radar. Kapal akan terlihat jauh lebih kecil di radar. Anjungan kapal ini mirip dengan pesawat Star Trek dimana dua kursi dikelilingi oleh hampir 360 monitor video.

Kapal ini cukup tenang di banding kapal lain, yang membuat Zumwalt sulit untuk dideteksi, dilacak dan diserang. Sebuah deckhouse dengan komposit mampu membuatnya tersembunyi dari radar dan sensor lainnya. Zumwalt diperkuat dengan sistem senjata terbaru yang mampu memuntahkan 600 proyektil bertenaga roket dengan target lebih dari 70 mil jauhnya.

Zumwalt mampu meluncurkan rudal jelajah Tomahawk, Evolved Sea Sparrow Rudal, rudal standar dari permukaan ke udara dan rudal anti kapal selam dari 80 tabung rudal. Zumwalt juga dilengkapi dengan lambung untuk menusuk gelombang konvensional yang membuatnya bergerak dengan sangat halus. Kapal dengan berat hampir 15 ribu ton ini dilengkapi dengan teknologi canggih dan kemampuan yang memungkinkannya diterjunkan dalam berbagai misi baik defensif maupun ofensif dimana pun dibutuhkan. (SindoNews)

Militer Iran Tunjukan Kemampuan Tempur Udara Selama Tiga Hari

Militer Iran dilaporkan menggelar latihan pertahanan udara untuk memamerkan kekuatan udara mereka. Latihan ini digelar di wilayah Isfahan, yang berada di bagian tengah negara tersebut.

Angkatan Udara Iran atau IRIAF akan melakukan latihan militer tersebut selama tiga hari. Pesawat pengebom, pesawat pengintai, dan drone yang baru saja mereka rilis akan terlibat dalam latihan ini.


Militer Iran Tunjukan Kemampuan Tempur Udara Selama Tiga Hari

"Latihan kali ini hanya akan menunjukan bagian dari kemampuan kami untuk melindungi wilayah udara negara kami," kata pejabat IRIAF, Brigadir Jenderal Massoud Rouzkhosh dalam sebuah pernyataan.

"Latihan perang ini ditujukan untuk melawan serangan udara yang dilancarakan oleh musuh-musuh kami," sambungnya, seperti dilansir Reuters pada Senin (17/10).


Kekuatan IARIF sendiri bisa dikatakan lebih lemah dibandingkan dengan negara lain di kawasan. Alasannya, mayoritas dari jet tempur Iran adalah jet tempur buatan Amerika Serikat (AS), yang didapat Iran sebelum revolusi pada tahun 1979.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir IARIF diketahui tengah getol mengembangkan kekuatan tempur mereka, termasuk pengembangan drone. Dimana, beberapa waktu lalu IARIF meluncurkan drone pertama buatan dalam negeri Iran.

Drone itu diketahui merupakan tiruan drone buatan AS yang jatuh dan disita oleh militer Iran lima tahun lalu.  (SindoNews)

Rusia Kembangkan Senjata Laser 'pembunuh' Drone

Pemerintah Rusia baru saja memamerkan teknologi baru mereka sebuah meriam 'microwave'. Senjata ini tidak ada hubungannya dengan alat masak di rumah, namun senjata pelumpuh drone.


Meriam laser iini dikembangkan oleh lembaga United Instrument Manufacturing Corporation (UIMC) dan termasuk jenis directed-energy weapon (DEW). Alat ini didesain untuk menonaktifkan sistem pengontrol drone guna membuatnya kehilangan kontrol.

Hebatnya lagi, meriam laser ini juga mampu menonaktifkan rudal dengan metode yang sama. "Beberapa model senjata ini telah dikembangkan dan menunjukkan keefektifan mereka," ujar ilmuwan UIMC.


Untuk bisa membunuh drone, meriam tadi menggunakan gelombang microwave super kuat. Setelah gelombang microwave dihasilkan oleh sebuah generator, akan digunakan antena mirip parabola untuk memfokuskan gelombang tadi ke arah drone. Nah gelombang yang terfokus tadi akan membakar alat elektronik di dalam drone, mirip kaca pembesar yang dipakai untuk membakar kertas.

Hingga saat ini, pemerintah Rusia terkait mengungkapkan bila meriam laser ini mempunyai jangkauan yang cukup jauh, sekitar 10 kilometer. Jadi, setiap drone asing atau rudal yang masuk jangkauan laser ini bisa dirusak sistem kontrolnya tanpa perlu memakai pesawat atau drone lain. (Merdeka)

Risia Bersiap Perang Nuklir, Ini Dia Tanda-tandanya

Ketegangan antara Rusia dan Amerika Serikat belakangan ini meningkat lantaran konflik Suriah. Menurut pengamat, ketegangan ini lebih berbahaya ketimbang pada masa Perang Dingin. Konflik Suriah yang tak kunjung berakhir membuat dua negara kekuatan besar itu saling mempersiapkan kemungkinan terburuk.

AS disebut-sebut akan melancarkan serangan udara terhadap pasukan pemerintah Suriah sebagai bentuk opsi militer. Rusia yang selama ini mendukung rezim Basyar al-Assad sudah mengatakan akan mempertahankan Suriah dari serangan AS.


Risia Bersiap Perang Nuklir, Ini Dia Tanda-tandanya

Dalam pandangan Rusia, AS akan melancarkan serangan terlebih dulu dan Negeri Beruang merah itu akan memberi respon dengan kekuatan militer mereka. Berikut lima sinyal yang menyatakan Rusia siap berperang nuklir dengan AS dan sekutunya:


1. Rusia panggil pulang semua warga di luar negeri

Rusia dilaporkan meminta seluruh pejabat mereka di luar negeri memulangkan keluarganya menyusul kondisi saat ini yang berpotensi menimbulkan Perang Dunia.

Media lokal mengatakan, sejumlah politisi dan pejabat-pejabat penting sudah menerima peringatan dari Presiden Vladimir Putin untuk membawa pulang orang-orang yang mereka kasihi ke Tanah Air.

Menurut situs Rusia Znak.com, seluruh pejabat dan staf administrasi negara di semua tingkatan sudah diperintahkan memulangkan semua anak-anak mereka dari sekolah luar negeri.

Media setempat menyatakan siapa pun yang tidak menuruti perintah ini akan kehilangan kesempatan mendapat promosi jabatan. Meski begitu belum jelas juga apa penyebab pemerintah meminta keluarga para pejabat dipulangkan.

Dikutip Daily Star, pengamat politik Rusia Stanislav Belkovsky mengatakan, "perintah ini adalah bagian dari langkah antisipasi terhadap kemungkinan 'perang besar'."

Kabar ini muncul setelah Putin membatalkan kunjungan ke Prancis karena tudingan atas peran Moskow dalam konflik Suriah. Selain itu beberapa waktu lalu terungkap Kremlin sudah mengerahkan rudal yang bisa membawa hulu ledak nuklir ke dekat perbatasan Polandia.

Mantan presiden Soviet Mikhail Gorbachev juga sempat menyatakan kekhawatirannya terhadap kondisi dunia karena ketegangan antara Rusia dan Amerika Serikat dalam konflik Suriah.

Hubungan AS dan Rusia kini dalam kondisi paling buruk sejak Perang Dingin setelah gencatan senjata di Suriah gagal terlaksana.


2. Rusia pertama kali kerahkan senjata antirudal di Suriah


Tiga pejabat Amerika Serikat mengatakan kepada stasiun televisi Fox News, Rusia kini sudah mengerahkan persenjataan militer modern berupa sistem antirudal ke Suriah buat pertama kali. Ini berarti Rusia ingin meningkatkan operasi militernya di Suriah untuk mendukung rezim Basyar al-Assad, seperti dilansir Fox News, Selasa (4/10).

Kabar ini muncul menyusul gagalnya gencatan senjata yang diupayakan AS dan Rusia dua pekan lalu.

Sistem antirudal jenis SA-23 Gladiator itu mempunyai jangkauan jarak tembak 150 mil. Persenjataan militer itu tiba di pangkalan laut Rusia di sepanjang pesisir Mediterania di Kota Tartus, Suriah.

Mengutip pernyataan intelijen, seorang pejabat negara Barat mengatakan ini adalah kali pertama Rusia mengerahkan SA-23 di luar negaranya. Meski begitu rudal dan komponen-komponen senjata militer itu masih belum disiapkan untuk beroperasi.

Komunitas intelijen AS dalam beberapa pekan terakhir memang mengamati pergerakan dari SA-23.

Meski belum jelas apa tujuan Rusia mengerahkan senjata itu, namun seorang pejabat AS dengan sarkastis bertanya-tanya, "Nusra jelas tidak punya angkatan udara, bukan?" kata dia tentang kelompok jaringan Al Qaidah di Suriah. ISIS juga tidak punya pesawat. Itu artinya Rusia jelas mengerahkan sistem antirudal buat melindungi diri dari segala kemungkinan serangan dari Amerika Serikat dan sekutunya.

SA-23 bisa meluncurkan dua jenis rudal. Rudal lebih kecil dipakai untuk menembak pesawat dan rudal yang dari musuh, NATO menyebutnya Gladiator. Rudal lebih besar dipakai untuk menghalau rudal balistik musuh jarak menengah dan mengganggu pergerakan pesawat musuh. Menurut military-today.com, kedua rudal memuat hulu ledak yang sama tipenya, mengandung 136 kilogram peledak.

Pejabat AS belakangan menuding Rusia dan rezim Suriah membombardir rakyat sipil. Dua pekan lalu rombongan kendaraan bantuan kemanusiaan PBB diserang bom hingga menewaskan puluhan relawan. Menurut laporan media lokal, dalam beberapa pekan terakhir, ratusan warga sipil, termasuk anak-anak tewas akibat serangan udara.


3. Rusia perintahkan warga siap berlindung di bunker dan pakai topeng gas


Menurut stasiun televisi ABC News, melalui media pemerintah, warga diperintahkan memeriksa dan mencari lokasi bunker perlindungan terdekat dan menyiapkan topeng gas. Pihak berwenang juga disiapkan untuk memberi tahu warga apa yang harus disiapkan dan dilakukan jika terjadi serangan bom nuklir.

"Jika perang nuklir itu terjadi suatu hari, kalian harus tahu di mana letak bunker perlindungan terdekat," kata sebuah laporan dari stasiun televisi pemerintah, NTV. Selanjutnya dalam tayangan itu NTV memperlihatkan sebuah lokasi bunker perlindungan di Ibu Kota Moskow.
Mantan pejabat intelijen Amerika Serikat juga mengatakan Rusia kini tengah membangun puluhan bunker pusat komando serangan nuklir.

Rusia mulai membangun bunker-bunker itu sejak beberapa tahun lalu.

Amerika Serikat dan Rusia sepakat bekerja sama untuk melenyapkan senjata nuklir mereka sejak berakhirnya Perang Dingin.

"Rusia kini tengah bersiap menghadapi perang besar yang berarti perang nuklir dengan melancarkan serangan lebih dulu," ujar Mark Schneider, mantan pejabat bidang kebijakan nuklir Pentagon kepada Free Beacon.

Scheneider mengatakan Amerika saat ini tidak serius untuk menyiapkan perang besar, apalagi perang nuklir.

Kabar Negeri Beruang Merah sedang membangun bunker itu baru-baru ini terungkap setelah media pemerintah Rusia mengatakan mereka sedang membangun bunker di Moskow sebagai bagian dari strategi keamanan nasional.


4. Rusia gelar uji coba peluncuran rudal balistik

Kantor berita RIA Novosti melaporkan, Rusia juga menggelar uji coba peluncuran rudal balistik pekan ini dan menembakkan tiga rudal dalam sehari. Dua dari rudal yang bisa membawa hulu ledak nuklir diluncurkan dari kapal selam di pesisir Pasifik dan satunya lagi dari suatu lokasi peluncuran di darat.

Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan kapal selam di Pasifik itu meluncurkan rudal antarbenua dari lepas pantai Laut Okhotsk pada Rabu lalu. Masih dalam hari yang sama, kapal selam di Laut Barents meluncurkan rudal yang mampu membawa hulu ledak nuklir. Rudal ketiga diluncurkan di sebelah timur laut Rusia di kawasan Kamchatka.


5. 40 Juta warga Rusia ikut latihan evakuasi keadaan perang
 
Pemerintah Rusia menggelar evakuasi besar-besar yang melibatkan 40 juta warga dalam sebuah latihan persiapan menghadapi perang nuklir awal bulan ini.

Direktur Departemen Pertahanan Sipil Oleg Manuilov mengatakan kepada Interfax, latihan itu digelar pada 4-7 Oktober melibatkan 40 juta warga dan lebih dari 200 ribu petugas penyelamat serta 50 ribu peralatan.

Latihan itu dilakukan sebagai persiapan dalam menghadapi kemungkinan perang dengan Amerika Serikat dan negara sekutunya menyusul kondisi di Suriah yang kian menegangkan. (Merdeka)

Daftar kekuatan militer AS Vs Rusia, Jika Terjadi Perang Siapa Lebih Unggul?

Pengeboman yang dilakukan pesawat militer Amerika Serikat (AS) terhadap tentara Suriah pendukung Bashar al Assad membuat hubungan dengan Rusia kian memanas. Jika tak kunjung berakhir, banyak pihak situasi tersebut dapat memicu terjadinya perang dunia ketiga.

Daftar kekuatan militer AS Vs Rusia, Jika Terjadi Perang Siapa Lebih Unggul?

Tentara Rusia juga telah mengarahkan rudal-rudal balistik mereka ke arah negara-negara anggota NATO. Meski menghadapi sejumlah provokasi dari Rusia, namun militer AS belum dilaporkan melakukan tindakan balasan. AS juga tak akan sendiri jika perang berkecamuk, sejumlah negara anggota NATO juga akan ikut serta.

Ini peta kekuatan militer kedua negara bila perang dunia ketiga meletus:

Dikutip dari situs globalfirepower.com, AS menempati peringkat pertama dalam hal kekuatan militer. Sedangkan Rusia berada setingkat di bawahnya.


AS memiliki personel militer aktif sebanyak 1,4 juta dan masih memiliki 145 juta warganya yang memenuhi syarat untuk mengikuti dinas militer. Sedangkan, pasukan cadangan berjumlah 1,1 juta orang.

Di darat, AS memiliki 8.848 unit tank, 41.062 unit kendaraan tempur lapis baja, 1.934 tank artileri bergerak dan 1.331 unit Sistem Peluncur Roket. Angka itu belum termasuk 1.299 artileri medan yang dimiliki setiap divisi.

Sementara, Rusia memiliki 766.055 tentara aktif dan menyimpan 2,48 juta kekuatan cadangan. Dari jumlah iru, 47 juta warganya juga dinilai memenuhi syarat untuk mengikuti dinas militer.

Sejauh ini, Rusia telah mengoperasikan 15.398 unit tank, 31.298 unit kendaraan tempur lapis baja, 5.972 unit artileri swagerak, dan 3.793 unit sistem peluncur roket. Rusia juga diketahui memiliki 4.625 artileri berbagai jenis.

Di udara, AS memiliki 13.444 pesawat di seluruh cabang kemiliteran. Jumlah itu terdiri dari 2.308 unit pesawat tempur, dan 2.785 unit pesawat serbu. Sedangkan jumlah helikopter tempur mencapai 957 unit.

Sedangkan Rusia memiliki 3.547 pesawat, yang terdiri atas 751 pesawat tempur, dan 1.438 unit pesawat serbu. Tak hanya itu, Rusia juga mengoperasikan 478 unit helikopter tempur.

Di laut, AS diperkuat 415 kapal, yang terdiri atas 19 kapal induk, 6 kapal frigat, 62 kapal perusak dan 75 kapal selam. Sebaliknya, kekuatan yang dimiliki Rusia hanya 352 kapal perang, yang hanya diperkuat 1 kapal induk.

Selain itu, Rusia juga memiliki 4 kapal frigat, 15 unit kapal perusak, 81 unit kapal korvet dan 60 unit kapal selam.

Soal kemampuan tempur dan teknologi, sejak era Perang Dingin dua negara ini sudah berlomba-lomba bersaing. Di atas kertas, saat ini AS lebih kuat. Namun jika perang benar-benar meletus, siapa yang akan unggul? (Merdeka)

Kamis, 13 Oktober 2016

Rusia Ajak Turki dan China Bagun Aliansi Baru

Rusia dan China akan bekerjasama dan memperkuat hubungan militer mereka. Hal ini dibuktikan setelah pejabat militer kedua negara mengumumkan akan melakukan latihan pertahanan rudal dalam jangka waktu tiga bulan ke depan.

Berita ini muncul pasca Rusia menyepakatai kerjasama dengan Turki dan mengumumkan strategi militer terkoordinasi dalam perang Suriah dan pembangunan pipa gas baru di antara kedua negara.

Rusia Ajak Turki dan China Bagun Aliansi Baru

Dalam sebuah forum keamanan di Beijing minggu ini, pejabat senior China dan Rusia sepakat bahwa mereka harus melawan upaya Amerika Serikat (AS) untuk membangun perisai pertahanan anti rudal. As berencana membangun perisai pertahanan anti rudal di Korea Selatan (Korsel) untuk mengantisipasi serangan Korea Utara (Korut).

"Sistem pertahanan rudal sangat merusak kepentingan keamanan nasional China dan Rusia. Chian dengan tegas menentang dan sangat mendesak AS dan Korsel untuk mempertimbangkan kembali pilihan mereka," bunyi pernyataan bersama petinggi militer Rusia Letnan Jenderal Viktor Poznikhir,  dan China Mayor Jenderal Cai seperti dikutip dari Express, Jumat (14/10/2016).

Poznikhir bahkan menuduh Pentagon mengembangkan sistem pertahanan rudal untuk menyerang musuh-musuhnya. "Jika salah satu dari gladiator mengambil perisai, itu akan memberinya keuntungan yang nyata dan membuat dia berpikir bahwa dia akan bisa menang, terutama jika ia menyerang pertama kali. Apa yang akan dilakukan gladiator lain? Tentu ia juga akan mengambil perisai dan juga pedang panjang dan kuat," katanya.

Hubungan antara Rusia dan AS tengah berada di bawah tekanan sebagai akibat dari serangan udara Rusia di Suriah, yang dinilai melanggar gencatan senjata kesepakatan kedua negara. (SindoNews)

Setelah Rudal Nuklir, Rusia Uji Coba Senjata Radio Elektronik

Rusia dilaporkan sukses melakukan uji coba senjata radio elekteronik, setelah sebelumnya melakukan uji coba rudal balistik. Senjata elektronik itu telah dikembangkan dan menjadi senjata tak tertandingi di dunia.

"Prototipe senjata tersebut telah dibuat dan senjata itu telah membuktikan efisiensinya," kata perwakilan dari Rusia United Instrument Manufacturing Company (OPK), yang bertanggung jawab atas produksi senjata itu.


Setelah Rudal Nuklir, Rusia Uji Coba Senjata Radio Elektronik

Senjata ini menggunakan teknologi baru yang telah dikembangkan berdasarkan prinsip senjata berbasiskan fisik yang baru. Senjata ini memadukan proses fisik persenjataan dan fenomena tidak umum dalam senjata modern. Laser dan senjata super sonic adalah contoh lain dari teknologi tersebut. Menurut perwakilan OPK, sistem senjata Rusia ini belum tertandingi.


"Ini adalah jenis senjata yang sama sekali baru, yang tidak memiliki analog di negara kami, dan aku yakin, di dunia," kata perwakilan OPK  seperti dikutip dari laman Russia Today, Jumat (14/10/2016).

Pengumuman ini datang bersamaan dengan pameran militer Arms High-tech yang tengah berlangsung di Armenia. Senjata ini adalah sistem pertahanan negara yang mampu melumpuhkan berbagai jenis sasaran tanpa menggunakan peluncur roket tradisinional. Sebaliknya, senjata ini menggunakan ‘energi yang diarahkan langsung kepada sasaran.’

"Senjata ini akan menimbulkan dampak fisik secara langsung pada on-board peralatan pesawat atau drone dan menetralkan senjata presisi yang dikontrol," jelas perwakilan OPK.  (SindoNews)

Militer Inggris Perbolehkan Pilotnya Tembak Jatuh Jet Rusia

Pilot-pilot angkatan udara Inggris dikabarkan mendapatkan lampu hijau untuk menembak jatuh jet Rusia saat melakukan misi terbang di Suriah dan Iran jika mereka merasa terancam. Kabar terbaru ini dilaporkan oleh media The Sunday Times.

Militer Inggris Perbolehkan Pilotnya Tembak Jatuh Jet Rusia

"Hal pertama yang dilakukan oleh pilot Inggris adalah mencoba untuk menghindari situasi dimana perang udara terjadi. Anda menghindari wilayah aktivitas Rusia. Namun jika pilot ditembak atau ia percaya akan ditembak, ia bisa membela diri," kata sebuah sumber di Markas Tetap Bersama Inggris (PJHQ) kepada The Sunday Times.

"Kita sekarang tengah menghadapi situasi di mana seorang pilot tunggal, terlepas dari kebangsaanya, dapat memiliki dampak strategis terhadap kejadian di masa depan," katanya lagi seperti dikutip dari Zero Hedge, Jumat (14/10/2016).


Jet tempur Tornado milik Inggris akan dipersenjatai dengan roket pencari panas AIM-132. Roket ini memiliki jangkauan yang lebih panjang dari roket lainnya, sehingga pilot angkatan udara Inggris bisa menembak jatuh pesawat musuh tanpa harus melihat target.

"Sampai sekarang, jet Tornado telah dilengkapi dengan 500lb bom yang dipandu via satelit yang tidak mempunyai atau hanya sedikit menimbulkan ancaman perang di udara. Tapi pada minggu-minggu terakhir situasi telah berubah. Kita perlu menanggapinya dengan sesuai," ujar sebuah sumber di Departemen Pertahan Inggris.

Namun, sumber lain mengatakan bahwa situasi semakin parah. "Kami perlu melindungi pilot kami tapi pada saat yang sama kami mengambil langkah lebih dekat dengan perang. Hanya perlu menembak jatuh satu pesawat dalam perang di udara maka seluruh lanskap akan berubah," katanya. (SindoNews)

Minggu, 09 Oktober 2016

Perang Rusia dan Negara Barat Pecah di Pertemuan DK PBB

 "Perang" antara negara-negara Barat dan Rusia pecah dalam pertemuan Dewan Keamanan (DK) PBB. Pertemuan itu membahas dua resolusi, yakni resolusi yang diajukan Prancis dan oleh Rusia.

Perseteruan bermula saat Rusia memveto resolusi yang diajukan Prancis. Resolusi itu berisi desakan kepada seluruh negara untuk menghentikan serangan di Aleppo, Suriah.



Melansir Al Jazeera pada Minggu (9/10), ini adalah kali kelima Rusia memveto resolusi di DK PBB sepanjang lima tahun konflik di Suriah berlangsung. Dalam empat veto sebelumnya, Rusia mendapat dukungan dari China. Tapi kali ini China mengambil sikap abstain, atau tidak memilih.

Setelah pembahasan mengenai resolusi yang diajukan Prancis, DK PBB kemudia berlanjut pada resolusi yang diajukan Rusia. Resolusi tersebut tidak berhasil diadopsi karena banyak negara yang menolak resolusi tersebut.


Situasi memanas, paska usulan Rusia gagal mengumpulkan cukup suara. Matthew Rycroft, duta besar Inggris untuk PBB langsung mengelurkan pernyataan, dengan meminta Rusia untuk menghentikan pemboman di Aleppo. Dia juga menyebut bahwa negara-negara Barat ragu dengan komitmen Rusia di Suriah.

"Ini (usulan Rusia) gagal karena mereka gagal untuk memenuhi tuntutan untuk mengakhiri pemboman udara dari Aleppo. Ini palsu. Sama seperti komitmen berongga Rusia untuk proses politik di Suriah adalah palsu. Pemboman warga sipil di Aleppo adalah memuakkan dan barbar. Berhenti sekarang," ucap Rycroft.

Dalam menanggapi komentar Rycroft ini, Vitaly Churkin, Duta Besar Rusia untuk PBB, mengatakan Inggris harus berhenti mendukung teroris. "Hentikan mendukung semua penjahat di seluruh dunia termasuk teroris," katanya.

"Hentikan intervensi dalam urusan internal negara-negara berdaulat, menghentikan kebiasaan kolonial Anda, meninggalkan dunia dalam damai dan kemudian, mungkin, situasi akan membaik di banyak daerah," sambung Churkin.

Hubungan antara Rusia dan Barat, khususnya dengan Amerika Serikat (AS) terus memburuk akibat perbedaan pendapat soal Suriah. Hubungan itu terus memburuk paska AS memutuskan untuk menghentikan pembicaraan dengan Rusia soal upaya damai di Suriah, yang mendapat kecaman keras dari Moskow. 


Alasan Rusia Veto Resolusi yang Diajukan Prancis
Rusia mengungkapkan alasan mengapa mereka memveto resolusi yang diajukan Prancis di Dewan Keamanan (DK) PBB terkait Suriah. Resolusi Prancis berisikan desakan untuk menghentikan serangan udara di Aleppo.

Kementerian Luar Negeri Rusia menuturkan alasan mereka memveto resolusi itu adalah karena mereka menilai resolusi tersebut menguntungkan kelompok militan yang beroperasi di Aleppo. Selain itu, Moskow menyebut resolusi itu terlalu dipolitisir.

"Upaya eksplisit dibuat, dengan melarang penerbangan di wilayah Aleppo, untuk memberikan penyamaran bagi teroris dari Jabhat Al-Nusra dan militan terkait," kata Kemlu Rusia, seperti dilansir Reuters pada Minggu (9/10).

Veto yang dilakukan Rusia terhadap resolusi yang diajukan Prancis merupakan awal "perang" antara Rusia dan negara-negara Barat di DK PBB. Dampak pertama dari veto tersebut adalah sedikitnya negara yang menyetujui resolusi Rusia di DK PBB.  (SindoNews)

Rusia Sebar Rudal Nuklir Iskander-M Untuk Hadapi Kemungkinan Perang Dunia III

Militer Rusia kembali menegaskan, pengerahan Rudal Iskander dari pelabuhan Laut Baltik ke Kaliningrad adalah bagian dari latihan rutin. Selain itu, militer Rusia juga menegaskan, mereka tidak pernah menutupi pengerahan rudal tersebut.

"Pertama-tama, mereka yang meributkan hal ini harus tahu bahwa sistem rudall Iskander adalah salah satu (sistem) mobile," kata juru bicara kementerian Pertahanan Rusia, Jenderal Igor Konashenkov, seperti dilansir Russia Today pada Minggu (9/10).


Rusia Sebar Rudal Nuklir Iskander-M Untuk Hadapi Kemungkinan Perang Dunia III

"Sebagai bagian dari rencana pelatihan tempur, unit pasukan rudal sepanjang tahun meningkatkan kemampuan mereka dengan menutupi jarak besar di wilayah Federasi Rusia dalam berbagai cara:. Melalui udara, laut dan darat," sambungnya.

Konashenkov mencatat bahwa Kaliningrad bukanlah sebuah pengeculan dan bahwa sistem akan dipindahkan kembali di di masa depan sebagai bagian dari latihan militer angkatan bersenjata Rusia.


Sebelumnya, Polandia dan Estonia menyampaikan kecemasannya atas langkah Rusia yang mengerahkan rudal nuklir Iskander-M ke Kalinigrad. Negara-negara Baltik itu kompak mengekspresikan “keprihatinan terdalam” atas manuver Rusia.

”Sepertinya saya sampaikan, ini adalah langkah lain dalam konteks umum dari eskalasi yang kita lihat, setidaknya dalam hal retorika,” kata Presiden Estonia, Toomas Hendrik Ilves.

Kepala Staf Angkatan Pertahanan Estonia, Letnan Jenderal Riho Terras mengatakan kepada ERR, bahwa dia melihat langkah Rusia itu sebagai upaya untuk mendominasi Laut Baltik.



Negera-negara Baltik Cemas

Polandia dan Estonia menyampaikan kecemasannya atas langkah Rusia yang mengerahkan rudal nuklir Iskander-M ke Kalinigrad. Negara-negara Baltik itu kompak mengekspresikan “keprihatinan terdalam” atas manuver Rusia.

Rudal Iskander dikerahkan dari pelabuhan Laut Baltik ke Kaliningrad yang berbatasan langsung dengan negara-negara Baltik. Laporan pengerahan rudal berbahaya muncul di tengah kekhawatiran masyarakat internasional akan pecahnya Perang Dunia III antara Amerika Serikat dan Rusia yang saat ini sedang bersitegang.


Rusia Sebar Rudal Nuklir Iskander-M Untuk Hadapi Kemungkinan Perang Dunia III

”Sepertinya saya sampaikan, ini adalah langkah lain dalam konteks umum dari eskalasi yang kita lihat, setidaknya dalam hal retorika,” kata Presiden Estonia, Toomas Hendrik Ilves.

Kepala Staf Angkatan Pertahanan Estonia, Letnan Jenderal Riho Terras mengatakan kepada ERR, bahwa dia melihat langkah Rusia itu sebagai upaya untuk mendominasi Laut Baltik.

”Dalam jangka panjang, keinginan Rusia adalah untuk membawa Laut Baltik di bawah kontrolnya,” kata Terras, yang dilansir semalam (8/10/2016). Menteri Pertahanan Polandia, Antoni Macierewicz, mengatakan bahwa Polandia memantau situasi.

Rudal Iskander-M bisa melesat sejauh 500 kilometer (310 mil). Dengan jangkauan sejauh itu, Polandia merasa dalam ancaman utama.

Sementara itu, juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Mayor Jenderal Igor Konashenkov mengecilkan kekhawatiran negara-negara Baltik.

”Sistem rudal balistik Iskander adalah mobile,” katanya. ”Unit rudal ini telah ditempatkan lebih dari sekali (di wilayah Kaliningrad) dan akan digunakan sebagai bagian dari latihan militer angkatan bersenjata Rusia,” kata Konashenkov, seperti dikutip Reuters, Minggu (9/10/2016).



Kekhawatiran Meletusnya Perang Dunia III

Militer Moskow akhirnya angkat bicara soal pengerahan rudal nuklir Iskander-M ke Kaliningrad di tengah kekhawatiran masyarakat internasional akan pecahnya Perang Dunia (PD) III antara Rusia dan Amerika Serikat (AS). Rusia berdalih pengerahan rudal berbahaya itu hanya untuk latihan rutin semata.

Tapi negara-negara NATO yang berbatasan langsung dengan Kaliningrad sudah cemas dengan pengerahan rudal berbahaya Rusia itu. ”Unit rudal ini telah ditempatkan lebih dari sekali (di wilayah Kaliningrad) dan akan digunakan sebagai bagian dari latihan militer angkatan bersenjata Rusia,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Igor Konashenkov, dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Reuters, Minggu (9/10/2016).


Rusia Sebar Rudal Nuklir Iskander-M Untuk Hadapi Kemungkinan Perang Dunia III

Laporan pergerakan rudal nuklir yang bisa melesat sejauh 500 kilometer itu pertama kali diungkap media Estonia dan dibenarkan pejabat intelijen AS. Rudal berbahaya Rusia dipindahkan secara rahasia dari pelabuhan Laut Baltik ke Kaliningrad tahun 2014.

”Mereka memindah sistem rudal mirip (Iskander-M) ke Kaliningrad pada tahun 2014 untuk latihan militer, itu bisa menjadi isyarat politik. Menunjukkan kekuatan, untuk mengekspresikan ketidaksenangan pada NATO,” kata pejabat intelijen AS, yang berbicara dalam kondisi anonim.

Media Estonia mengutip pejabat militer melaporkan bahwa rudal Iskander-M diangkut dengan kapal dari kawasan St Petersburg. Rusia sendiri pernah berencana memindahkan rudal berbahaya itu ke Kaliningrad tidak sampai tahun 2018 atau 2019.

“Senjata ini sangat canggih dan tidak ada senjata yang sebanding di gudang senjata Barat. Ini dapat membawa senjata nuklir, jarak terbang jarak hingga 500 km. Dengan demikian (rudal) ini mampu mengancam Polandia, termasuk instalasi pertahanan rudal AS di sana,” tulis media Estonia mengutip seorang ahli pertahanan negara itu.

Dalam beberapa pekan ini, kekhawatiran pecahnya PD III antara Rusia dan AS telah disuarakan media-media Rusia. Tabloid Moskovsky Komsomolets beberapa hari lalu melansir laporan prediksi pecahnya konfrontasi langsung AS dan Rusia yang dianggap setara dengan Krisis Rudal Kuba dan bisa memicu PD III.

Laporan itu muncul hampir bersamaan dengan latihan perang nuklir besar-besaran oleh Pemerintah Presiden Rusia Vladimir Putin yang melibatkan 40 juta orang, setelah ketegangan dengan AS memanas. Selain itu, Rusia telah menangguhkan perjanjian pembuangan plutonium dari hulu ledak nuklir dengan alasan AS sudah melakukan tindakan bermusuhan terhadap Moskow. (SindoNews)




Kamis, 06 Oktober 2016

Media Moskow Prediksi Rusia Perang Langsung dengan Amerika Serikat

Sebuah media di Moskow memprediksi Rusia akan konfrontasi militer atau perang secara langsung dengan Amerikat Serikat (AS) sebagai puncak ketegangan atas krisis Suriah. Media itu dalam laporannya mengkhawatirkan pecahnya Perang Dunia Ketiga.

Media Moskow Prediksi Rusia Perang Langsung dengan Amerika Serikat

Tabloid Moskovsky Komsomolets memprediksi konfrontasi militer langsung kedua negara itu setara dengan Krisis Rudal Kuba. Laporan itu muncul hampir bersamaan dengan latihan perang nuklir besar-besaran oleh Pemerintah Presiden Rusia Vladimir Putin yang melibatkan 40 juta orang sejak kemarin (5/10/2016), setelah ketegangan dengan AS memanas.

Dalam sebuah artikel berjudul “The stakes are higher than Syria” tabloid Moskovsky Komsomolets memperingatkan perang baru yang potensial.


“Bayangkan saja bahwa AS melakukan apa yang telah ingin lakukan untuk waktu yang lama dan serangan terhadap (Presiden Suriah Bashar) Assad, tidak sengaja tapi pada tujuan dan secara terbuka,” bunyi laporan media Rusia tersebut.

”Rusia harus membela sekutunya atau mempertimbangkan melawan Amerika, tapi  pasti ini akan mengarah pada Perang Dunia Ketiga,” lanjut laporan itu.

”Rusia bisa menang besar di Suriah, tetapi juga bisa kehilangan besar juga. Kita tidak boleh lupa bahwa di Suriah kita memainkan permainan berisiko yang menakjubkan,” imbuh laporan media Rusia.

Moskovsky Komsomolets lantas memprediksi jet-jet tempur koalisi yang dipimpin AS akan ditembak jatuh. ”Menurut pilot pesawat tempur kami, yang terbaik yang kita bisa lakukan adalah menembak jatuh beberapa (jet tempur) pasukan koalisi, tapi ini berarti perang skala penuh,” sambung laporan tersebut. (SindoNews)

Perang Dunia III Hampir Pasti Terjadi

Para pejabat militer Amerika Serikat (AS) menyatakan sebuah perang skala penuh antara negara-negara hampir pasti terjadi dan akan sangat mematikan. Peringatan ini muncul seiriing kebijakan China dan Rusia meningkatkan kemampuan militernya.


Mayor Jenderal William Hix memperingatkan bahwa kecerdasan buatan dan senjata canggih akan mempercepat laju perang. Peringatan ini datang setelah Rusia dan China mengerahkan pasukan militer konvesional dalam jumlah besar, sementara Korea Utara (Korut) melakukan uji coba nuklir meskipun telah dijatuhi sanksi oleh PBB.

"Konflik konvesional di masa depan akan sangat mematikan serta cepat, dan kita tidak memiliki stopwatch. Kecepatan di mana mesin dapat membuat keputusan di masa depan akan menantang kemampuan kita untuk mengatasinya, menuntut hubungan baru antara manusia dan mesin," katanya seperti dikutip dari laman Express, Kamis (6/10/2016).


Hix merujuk pada kemajuan teknologi China dan Rusia dalam beberapa tahun terakhir. Ia pun memperingatkan bahwa perkembangan tersebut harus memaksa Gedung Putih untuk mempersiapkan diri dalam skala yang belum pernah dilihat militer AS sejak perang Korea.

Sementara petinggi militer AS lainnya, Letnan Jenderal Joseph Anderson, mengatakan AS menghadapi ancaman dari sebuah negara bangsa yang modern yang bertindak agresig dalam persaingan militer. Sedangkan Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Mark Milley mengatakan ancaman itu hampir pasti dan tentara AS harus bersedia untuk terlibat dalam perang cyber dan siap untuk bertarung di perkotaan yang kompleks. Dia menambahkan: "Meskipun kami sudah siap sekarang, kita akan ditantang."

Katharina McFarland, bertindak asisten sekretaris militer untuk akuisisi, logistik, dan teknologi senjata mengklaim masa depan perlu dirancang lebih baik. "Sebagai seorang insinyur, saya pikir dalam hal antarmuka yang sederhana - tidak peduli apa helikopter, Anda bisa masuk dan mengoperasikannya." (SindoNews)

Latihan dan Simulasi Perang Nuklir, Rusia Libatkan 40 Juta Orang

Rusia meluncurkan latihan pertahanan sipil nasional guna memastikan negara itu siap dalam hal serangan nuklir, kimia, dan biologis dari Barat. Latihan perang ini dilakukan ditengah meningkatnya ketegangan internasional, khususnya terkait dengan keterlibatan Rusia di Suriah.

Latihan dan Simulasi Perang Nuklir, Rusia Libatkan 40 Juta Orang

"Penderita skizofrenia dari Amerika tengah mengasah senjata nuklir untuk Moskow," bunyi laporan yang diturunkan oleh jaringan televisi Zvezda yang dikelola Kementerian Pertahanan Rusia seperti dikutip dari Independent, Rabu (5/10/2016).

Berlangsung selama 3 hari, latihan perang ini melibatkan 200 ribu personel situasi darurat bekerjasama dengan 40 juta warga sipil. Latihan ini diadakan oleh Kementerian Pertahanan Sipil, Darurat dan Penanggulangan Dampak Bencana Alam (EMERCOM).


"Latihan akan meliputi latihan terkait radiasi, kimia, dan perlindungan biologis secara personil dan populasi selama keadaan darurat di fasilitas yang penting dan berpotensi berbahaya. Pemadam kebakaran, pertahanan sipil, dan perlindungan masyarakat pada lembaga-lembaga sosial dan bangunan publik juga direncanakan akan dilibatkan," bunyi pernyataan EMERCOM.

"Unit reaksi cepat akan disebar dan pusat pemantauan biologi selama latihan radiasi, kimia, serta menempatkan sanitasi di daerah darurat, sementara jaringan kontrol laboratorium akan dalam keadaan siaga," sambung pernyataan itu.

Selain latihan nasional, EMERCOM telah mengumumkan niatnya untuk membangun fasilitas bawah tanah di bawah Moskow untuk melindungi 100 persen populasi ibukota dari serangan nuklir. (SindoNews)

Ikuti Latihan Militer di AS Puluhan Pasukan Afghanistan Menghilang

Sedikitnya 44 tentara Afghanistan yang mengunjungi Amerika Serikat (AS) untuk mengikuti pelatihan militer telah hilang dalam kurun waktu dua tahu. Pentagon menduga, mereka kemungkinan berupaya untuk hidup dan bekerja secara ilegal di AS.

Ikuti Latihan Militer di AS Puluhan Pasukan Afghanistan Menghilang

Meskipun jumlah anggota pasukan yang hilang relatif kecil, namun insiden ini menimbulkan pertanyaan tentang keamanan dan prosedur penyaringan untuk program pelatihan. Untuk diketahui, sekitar 2.200 tentara Afghanistan telah menerima pelatihan militer di AS sejak 2007.

Juru bicara Pentagon, Adam Stump mengatakan, sejak September saja ada 8 tentara Afghanistan yang telah meninggalkan pangkalan militer tanpa izin. Ia mengatakan jumlah pasukan Afghanistan yang hilang sejak Januari 2015 adalah 44, jumlah yang tidak pernah dipublikasikan sebelumnya.


"Departemen Pertahanan tengah menilai cara-cara untuk memperketat kriteria kelayakan untuk mendapatkan pelatihan adalah salah satu cara untuk mengurangi kemungkinan anggota pasukan Afghanistan melarikan diri dari pelatihan di AS dan membelot (mangkir)," tutur Stump dikutip dari Reuters, Kamis (6/10/2016).

Stump mengatakan, pasukan Afghanistan yang mengikuti program pelatihan AS telah diperiksa untuk memastikan mereka tidak terlibat dalam pelanggaran HAM dan tidak berafiliasi dengan kelompok militan sebelum diizinkan masuk ke AS.

Sementara itu pejabat pertahanan AS yang berbicara dengan syarat anonim menambahkan bahwa tidak ada bukti dari mereka yang telah melarikan diri telah melakukan kejahatan atau menjadi ancaman bagi AS. (SindoNews)